Minggu, 26 September 2010

TUGAS 1 # AUTOBIOGRAFI


Diphi Rogat Tambunan nama saya, saya anak ke 2 dari 3 bersaudara. Saya memiliki satu kaka perempuan dan satu adik laki-laki. Saya dilahirkan di rumah sakit Restu, Jakata Timur, tanggal 15 Februari 1991. Saya terlahir dari keturunan batak dan manado. Meskipun ibu saya sekarang telah diberi marga oleh kebudayaan batak. Walaupun demikian saya tetap  bersyukur dengan apa yang saya miliki sekarang.
Pada saat saya balita, ada beberapa peristiwa penting bangsa Indonesia. Diantaranya, November 1991 terjadi peristiwa berdarah di Dili, Timor Timur. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan sebutan Peristiwa Dili. Dalam kejadian itu, puluhan demonstran yang menentang integrasi Timor Timur ke wilayah Republik Indonesia.

Saya mulai sekolah pada tahun 1995-1996 di  TK katolik Ignatius Selamet Riyadi menduduki Tk nol kecil dan Tk nol besar. Disinilah tempat saya pertama kali menempa ilmu. Di dunia Tk saya mendapatkan banyak pengajaran berharga, mulai dari bermain hingga tata cara sopan santun.
Pada tahun 1995 indonesia merayakan ulang tahun ke-50 proklamasi kemerdekaannya. Perayaan kali ini dirasakan sebagai perayaan ulang tahun proklamasi RI terbesar dan melibatkan masyarakat secara luas. Berbagai kegiatan dilakukan dalam rangka memperingati peristiwa bersejarah kemerdekaaan.

Pada tahun 1997, saya lanjut sekolah ketingkat SD dengan sekolah yang sama, pada saat SD saya di kenal sebagai siswa yang bandel, berkali-kali orang tua saya dipanggil ke sekolah akibat kelakuan saya. Karena pada waktu SD saya sering jail pada teman, dan tak jarang saya sering membuat teman menangis. Namun demikian, 6 tahun di bangku SD sangatlah berguna bagi saya. Disanalah saya mulai belajar membaca hingga berhitung.
Pada saat saya SD (1997) diselenggarakannya pemilu keenam, yang berbuntut Golkar keluar sebagai pemenang pemilu. Namun, pemilu ini dirasakan paling brutal selama Orde Baru karena menewaskan hingga 250 orang.

Pada tahun 2003, saya melanjutkan sekolah ke bangku SMP. Di SMPN 09 Jakarta. Di sana yang mendapatkan banyak hal yang baru, yang tidak saya dapatkan di SD. Yang biasanya pada saat SD saya bersekolah dengan teman-teman agama mayoritas, namun di SMP saya berkumpul dengan teman-teman dari berbagai agama dan latar belakang yang berbeda. Namun demikian, disitulah saya dapat belajar menghormati dan menghargai perbedaan agama yang dapat menimbulkan satu kesatuan.
Pada tahun 2003, bangsa Indonesia dilanda dengan berbagai kejadian terorisme seperti ledakan bom di hotel JW Marriot dan Markes Besar Kepolisian RI. Yang sangat memperhatinkan hingga sampai saat ini.

Pada tahun 2006, saya lulus dari SMP dan saya melanjutkan sekolah di SMAN 64 Jakarta. Di SMA berbagai pelajaran baru saya dapatkan, di situlah siswa mulai di juruskan kemana Ia akan lanjut sesuai kemampuannya (IPA atau IPS). Walau saya hanya masuk IPS, namun saya bangga karena IPS lah yang sesuai dengan kemampuan saya. pada saat kelas 3, beberapa test saya coba diantaranya SIMAK, UMB, dan PENMABA. Namun PENMABA UNJ lah jalan saya untuk melanjutkan sekolah setelah SMA.
Pada  tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan hasil produksi pada tahun 2006 mampu mencapai sebesar 16 juta ton pertahun. Bersama dengan Malaysia, Indonesia menguasai hampir 90% produksi minyak sawit dunia.
            Pada tahun 2009 saya diterima di UNJ, dengan program studi D3 Pariwisata, sebenarnya belum ada sedikitpun yang saya tau tentang pariwisata di bidang pembelajarannya, namun karena saya melihat banyaknya peluang yang ada dalam Pariwisata itu sebabnya saya mulai menggeluti parwisata sedikit demi sedikit hingga sampai ini.
          
           Pada tahun 2009 kemarin terjadi kembali, tragedi bom Jakarta 2009 disebut juga Bom Mega Kuningan 2009 bom di hotel JW Mariott dan Ritz-Carlton di kawasan Mega Kuningan Peristiwa bom bunuh diri yang menewaskan 9 orang korban dan melukai lebih dari 50 orang lainnya, baik warga Indonesia maupun warga asing. eristiwa ini terjadi sembilan hari sesudah Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Indonesia serta dua hari sebelum rencana kedatangan tim sepak bola Manchester United di Hotel Ritz-Carlton yang akan melakukan pertandingan dengan tim Indonesian All Star pada 20 Juli 2009. adalah peristiwa ledakan

 

Tugas I Autobiografi

Tentunya saya amat bersyukur karena saya terlahir dengan selamat. Hari jum’at Tanggal 17 Juli 1990 pada pukul 17.15 saya terlahir dengan nama Awad Afiru, namun saya lebih akrab dipanggil “Piyu”. Saya adalah buah hati pertama dari Ibu Fatimah dan Bapak Suratman dari dua bersaudara. Ibu saya berdarah Banten dan Ayah saya Medan (Melayu). Singkatnya, saya adalah perpaduan Jawa dan Sumatra. Saya tinggal di desa Citerep, PAndeglang-Banten. Daerah pesisir Pantai Tanjung lesung yang eksotik dan menyimpan seribu cerita. Saya lahir dan besar disana. Kondisi Sosial, Politik, dan ekonomi disini cukup stabil atau bisa disebut “Terlihat Stabil” memang seperti itulah kondisi Politik masa Orde Baru. Koramil dan Kodim sering lalu lalang, tanpa masalah, tak ada pergolakan, demonstrasi, dan perlawanan. Itulah pemikiranku yang belum bisa melihat bias stabilitas politik Orde Baru. Tahun 1995-an saya masuk TK (Taman Kanak-kanak) Al-Jamiatussyuban, dua tahun kemudian saya melanjutkan ke SD (Sekolah Dasar) Negeri 1 Citerep. Masa-masa yang amat penuh gejolak tak terjawab, mungkin ini adalah Reaksi dari Pembangunan Kawasan Wisata Tanjung Lesung yang di usung oleh PT. BWJ. Yang telah merubah dengan “congkak” peta tanah Warga Citerep sebagai imbas dari Pembangunan Kawasan Wisata Tanjung Lesung. Atas nama Pembebasan tanah, banyak warga yang terpaksa menyerahkan tanahnya dengan harga yang murah, bila warga menolak, maka tidak aka nada penyelesaian. Sesuai dengan ajaran Agama yang kental di keluarga saya, dengan sepenuh hati saya lanjutkan pendidikan ke Pesantren Modern Darunnajah setelah lulus dari SDN 1 Citerep. Tentunya saya masuk pada tingkat MTs (Madrasah Tsanawiyah) sederajat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Pesantren ini beralamat di JakSel (Jakarta Selatan), ulu Jami. Banyak pengalaman menarik yang belum saya dapatkan sebelumnya, namun saya mendapatkannya disini, ditahun yang sama dari kekuasaan Megawati sebagai presiden, tahun 2003. Seperti Pesantren Modern pada umumnya, tertutup dari dunia luar (khususnya lingkungan sosial), disana saya banyak belajar mengurus diri sendiri lebih mandiri dan berbanding 70% dengan situasi dirumah tercinta. Sebagai seorang anak yang proaktif dan periang, banyak berbagai jenis olahraga yang saya geluti dan berbuah berbagai prestasi. Sepakbola, roller blade, ---, ----. Hal ini pada akhirnya membawa saya pada pengalaman yang tidak bisa begitu saja didapatkan orang lain atau sesama anak Pesantren Darunnajah. Tanggal 24 Maret 2003, saya mendapatkan kesempatan untuk ikut dalam rombongan Jambore perwakilan dari Pesantren Darunnajah menuju 5 Negara di Asia Tenggara. Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia dan terakhir Singapura. Hanya 10 dari 400 anak Pesantren ini yang mendapatkan kesempatan ini, dan saya adalah salahsatunya yang termuda, karena saya baru saja menginjak kelas 1 MTs/ SMP. Tahun 2004-an, saya pindah ke SMP Muhamadiyah II Jogjakarta. karena memang lingkungan pesantren yang begitu tertutup membuat saya tidak “betah” dan kebetulan ayah saya pindah tugas (pekerjaan ayah saya adalah Wiraswasta: kontraktor). Hingga akhinya saya menyelesaikan Pendidikan SMP disana. Lalu melanjutkan ke SMA (Sekolah Menengah Atas) Muhamadiyah I sekitar Tahun 2006. Lalu saya pindah lagi ke SMA Taman Siswa Jogjakarta. Tahun 2007 saya pindah ke SMAN I Pandeglang karena ayah saya pindah lagi. Hingga akhirnya lulus sekitar tahun 2009. Tidak sedikit pun saya menyesali perpindahan ini (walaupun tidak biasa). Karena banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan. Karena bagi saya, berbicara dengan orang yang sama setiap hari, amatlah membosankan. Lingkungan yang berbeda dan baru selalu memberikan inspirasi baru. Allhamdulillah, saya lulus UAN. Banyak pilihan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Universitas. Ada universitas yang coba saya masuki. UGM (Universitas Gajah Mada)dan UNJ (Universitas Negeri Jakarta). Pada gelombang awal, saya mencoba masuk ke UGM dahulu untuk Fakultas Ekonomi. Melalui SMPTN, Ujian Mandiri dan lain-lain. Namun tidak ada yang membuahkan hasil, semua test yang saya jalani gagal. Akhirnya saya putuskan untuk mengadu nasib di UNJ. Pertama, saya menjalani test SMPTN untuk Jurusan Manajenent, namun gagal. Lalu, Jurusan Sosiologi, namun gagal kembali. Akhirnya, atas saran kawan saya (Mr. X), dengan alasan yang cukup logis, dia menyakinkan saya untuk masuk Jurusan Usaha Pariwisata. Pertama, saya adalah orang yang (mungkin) mempunyai banyak pengalaman (perpindahan sekolake berbagai kota).lalu kedua, pariwisata adalah Jurusan yang mengutamakan Praktek dibandingkan Teori, hal ini amat cocok dengan kepribadian saya yang tidak suka berfikir terlalu lama, namun lebih menyukai bertindak cepat. Lagipula, untuk prospek pada masa depan, pariwisata mempunyai jaminan kerja yang luas. Tentu dengan usaha yang keras. Ini hanyalah kesan pertama saya pada saat pertama masuk Jurusan Pariwisata. Selanjutnya, saya dapat merasakan dengan sendirinya bagaimana Pariwisata itu amat menjanjikan. Pada awal ketertarikan saya, hanyalah Motif-motif ekonomi. Ya, karena saya pikir, Pariwisata dapat membuka jaringan baru bagi saya untuk masa depan dan tentunya pengalaman-pengalaman yang menjanjikan. Akan tetapi kini saya dapat melihat motif-motif tersembunyi dari jurusan pariwisata ini. Semakin dalam kita mengekplorasi sebuah tempat pariwisata, maka kita tidak dapat terlepas dari masalah Sosial, Politik dan Budaya kawasan wisata tersebut. Indonesia menjadi tempat favorit Wisatawan asing, karena memang mempunyai potensi alam yang menjanjikan. Namun ada banyak tempat wisata yang belum tereksplorasi. Lebih daripada itu, kita semua tahu bahwa “Bali” adalah surganya wisatawan. Akan tetapi pantaskah ada sebuah kalimat; “Indonesia sebelah mananya Bali?” itu adalah sebuah kritik yang amat pedas dari wisatawan yang lugu. Disinilah akhirnya kita dapat menemukan tugas kita sesungguhnya sebagai mahasiswa Pariwisata. Terkadang eksplorasi mengorbankan banyak pihak, terutama warga setempat dan tanah adat (kuburan, tempat suci dll). Seperti yang saya sebutkan diatas, di tanjung lesung (daerah tempat saya tinggal), pembangunan kawasan wisata ini menyerobot tanah warga. Lalu apa solusinya? Kita ditempatkan pada posisi dimana kita harus memberikan kenyamana, pelayanan dan rasa aman kepada wisatawan (pengembang wisata). Akan tetapi, jika kita melakukan apa yang dilakukan PT. BWJ di tanjung lesung, tidak akan ada kenyamanan seperti yang diharapkan, karena PT tersebut telah berbuat tidak adil kepada warga. Dan tidak ada jaminan (sebuah kemungkinan) tidak akan terjadi pergolakan pada warga, karena jika lahan produksi sebuah masyarakat yang terganggu, akan menggangu pola berfikir masyarakat tersebut. Hal ini biasanya berujung pada; penyerangan, terror, boikot dan lain- lain. Kita sebagai bagian dari masyarakat dan bagian dari sebuah program pembangunan kawasan wisata, harus dapat menjembatani keinginan masyarakat (warga) dan wisatawan. Biasanya, ditempat-tempat wisata yang sudah maju, mapan dan nyaman, masyarakat sekitar dengan sendirinya menjaga situasi keamanan ditempat wisata tersebut karena semua elemen kekuatan masyarakat telah bergantung pada kawasan wisata tersebut. Untuk itu telaah sosial, ekonomi, politik serta budaya sebuah kawasan wisata amat diperlukan dibandingkan hanya sekedar menyelesaikan masalah-masalah konflik yang terjadi dari teori-teori yang memenuhi buku-buku akademik. Alasan sebuah teori selalu berubah, karena fakta dari teori tersebut ikut berubah seiring waktu. Berbeda dengan pengalaman langsung. Dimana kita ikut dalam sebuah penyelesaian konflik (warga dan pengembang wisata) yang terjadi. Karena hanya yang merasa terlibat secara pribadi yang pantas berfikir tentang sebuah masalah yang terjadi. Itu barulah pantas disebut “pikiran”.

Saya bangga menjadi bagian keluarga Pariwisata.

Sabtu, 25 September 2010

Tugas 1 Autobiografi

Melekatnya Budaya Batak dalam Diri



            Pada hari Jumat tanggal 13 April 1990 pukul 12.00, lahirlah seorang anak perempuan di Rumah Sakit Saint Carolus, Jakarta Pusat. Anak kedua dari 4 bersaudara dari pasangan Marasal Sianturi dengan Linda Dermawati Nurjuwita Siagian ini diberi nama Ingrid Prapti Dominica. Menurut orang tua saya, nama saya memiliki arti yaitu Ingrid yang berarti terlahir, Prapti yang berarti anak perempuan, sedangkan Dominica ialah pada hari Tuhan. Jadi, Ingrid Prapti Dominica ialah anak perempuan yang terlahir pada hari Tuhan. Kenapa demikian ? Karena saat itu saya lahir bertepatan dengan Wafat Isa Almasih. Saya biasa dipanggil INGRID oleh keluarga dan lingkungan saya. Saat saya kecil saya dipanggil Butet oleh saudara saya. Butet (dalam bahasa batak) ialah panggilan untuk anak perempuan yang masih kecil. Namun, sejak SD hingga SMA, saya dipanggil ”Injit” oleh beberapa guru serta beberapa teman saya. Bahkan setiap kali saya bertemu dengan salah satu guru SD saya, beliau selalu menyanyikan lagu injit-injit semut. Hehe. Sejak SD hingga sekarang saya memiliki panggilan kesayangan sendiri oleh teman-teman saya.
            Kedua orang tua saya berasal dari Sumatera Utara. Papa saya dari Tarutung, sedangkan mama saya dari Balige. Papa saya bekerja sebagai karyawan Pos Indonesia, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Mama saya bekerja sebagai seorang Guru SD. Sejak lahir hingga sekarang saya dibesarkan dan dididik dalam budaya Batak. Kedua orang tua saya biasa menggunakan bahasa Batak dirumah. Mama saya sering kali memasak masakan yang merupakan khas dari daerah saya bahkan sejak kecil saya sudah dibawa untuk menyaksikan tari-tarian serta adat istiadat dari daerah Sumatera Utara. Pada Tahun 1990, Indonesia melanjutkan kembali kebijakan deregulasi yang dijalankan sejak tahun 1983. Tepatnya bulan Desember 1990, Indonesia disemarakkan oleh kelahiran ormas baru yaitu Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) di Malang, Jawa Timur dan B.J. Habibie terpilih sebagai ketua umum ICMI. Pada tahun ini pula Indonesia dan Cina menormalisasikan hubungan kedua negara, Presiden Indonesia  melakukan kunjungan ke Cina. Tahun 1991 terjadi peristiwa berdarah di Dili, Timor Timur. Pada tahun 1992, berlangsungnya KTT ASEAN di Singapura.
            Saat saya lahir hingga saya berumur 3 tahun, saya bertempat tinggal di daerah Harapan Mulia, Cempaka Putih. Akan tetapi, sekitar akhir tahun 1993 saya pindah ke daerah Pondok Gede lebih tepatnya JL. Kramat No. 54 RT 004/002, Lubang Buaya, Jakarta Timur hingga sekarang. Lingkungan tempat tinggal saya beraneka ragam budaya serta bahasa. Tidak hanya budaya saya sendiri, bahkan Jawa, Betawi, Sunda, Bima serta Padang. Pada tahun 1993 hingga 1995, peran Indonesia di Tingkat Internasional dinilai semakin menonjol. Hal itu terutama berkaitan dengan peran Presiden Soeharto sebagai ketua GNB. Tahun 1993 ditandai oleh semakin aktifnya Indonesia dalam forum kerja sama ekonomi internasional, yaitu APEC. Tepat pada bulan Juni 1993, pemerintah membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), untuk meningkatkan perlindungan hak asasi manusia. Pada tahun 1995, Indonesia merayakan Ulang Tahun ke-50 Proklamasi Kemerdekaanya. Perayaan tersebut dirasakan sebagai perayaan ulang tahun proklamasi RI terbesar dan melibatkan masyarakat luas.
            Pada tahun 1994 saat saya berumur 4 tahun, saya mulai menginjakkan kaki di bangku TK. Saya bersekolah di TK. Penabur Sang Timur TMII, yaitu TK 0 kecil. Saat di bangku TK saya diajarkan upacara bendera, menulis, membaca, kebersihan, kerapihan dalam mengerjakan tugas serta berpakaian. Saat TK guru saya mengajarkan budaya Indonesia yang beraneka ragam dengan meperlihatkannya dalam sebuah film kebudayaan dan kesenian. Di TK inilah saya mulai mempelajari dunia seni tari serta mempelajari berbagai jenis budaya yang ada di Indonesia. Sejak TK saya mulai masuk sanggar tari di TMII dan mempelajari tari tarian dari Jawa, yaitu Tari Bebek. Bukan hanya Tari Bebek tetapi juga tari Jawa lainnya. Bahkan setiap kali Presiden berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah, saya dan teman-teman saya menari dihadapan Presiden. Pada saat TK saya sering mengikuti lomba-lomba serta mengikuti carnaval pada saat 17 agustus. Saya juga mempelajari tarian dari daerah saya, yaitu Tor-Tor. Saat TK saya sudah melihat berbagai macam pertunjukkan seni di TMII serta dipeerkenalkan nyanyian dari daerah Jawa dan Betawi. Saat saya lulus TK saya sudah diperkenalkan dengan wisuda. Hanya saja saat itu saya belum mengerti apa itu wisuda.
            Tahun 1995 saya mulai duduk dibangku Sekolah Dasar di SD Negeri 14 Pagi, Jak-Pus. Saya bersekolah ditempat mama saya mengajar karena umur saya belum cukup untuk bersekolah di sekolah dasar. Akan tetapi, hal itu tidak berlangsung lama dan hanya berjalan 1 caturwulan saja. Saya memilih berhenti & tidak ingin bersekolah lagi. Tahun 1996, saya kembali bersekolah. Saya bersekolah di SD Santo Markus II, Pondok Gede hingga tahun 2002. Saat kelas 3 SD saya mulai terjun kembali ke dunia seni tari. Saya kembali masuk sanggar tari di TMII. Saya mengikuti Tari Itik Kreasi Bagong Kussudiharjo. Akan tetapi, hal itu hanya berjalan 1 tahun saja. Dikarenakan saya mulai tertarik dengan seni bela diri dari Korea, yaitu Taekwon-Do. Saya juga mulai mempelajari suling. Saat kelas 6 SD saya juga mempelajari Tari Poco-Poco serta menyanyikan lagu daerah yang ada di Indonesia. Pada tahun 1996, terjadi peristiwa pengambil alihan secara paksa kantor PDI di JL. Diponegoro 58, Jak-Pus. Peristiwa tersebut meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah bahkan kendaraan dan beberapa gedung terbakar di Salemba, Kramat. Menjelang Pemilu 1997 berbagai penolakan massa rakyat terhadap perintah para penguasa di Jakarta menjadi kisah yang cukup dominan. Aksi turun ke jalan yang dimotori oleh tokoh PDI dan juga artis Sophan Sophian di Stasiun Gambir, telah membuka kesadaran politik massa untuk bersuara ”lain” terhadap Orde Baru. Pada Pemilu 1997 hadirnya aksi politik menandai kejutan baru bagi pihak-pihak yang sedang berkuasa. Saat itu rakyat sudah mulai tergoyahkan terhadap dominasi rezim penguasa yang bersifat sentralistik dan militeristik. Akibatnya beragam praktik kekerasan -dari dan oleh- kalangan militer menjadi semakin tak tertanggungkan lagi meski mampu ditahan sementara. Bersamaan dengan runtuhnya kekuasaan Orde Baru, peristiwa kekerasan diskriminatif terhadap etnis Tionghoa di Jakarta, Solo dan beberap kota besar lainnya menjadi peristiwa penting di penghujung politik Indonesia. Perisitiwa perusakan, pembakaran mall serta rumah-rumah ibadah (Gereja), dan juga pemerkosaan massal yang menimpa sebagian besar ”WNI-keturunan”, penjarahan, PHK, sulitnya mendapakan beras, Krisi Moneter berkepanjangan terkesan memacetkan dan hampir membuat hancur berantakan gerakan Reformasi 1998. Tahun 1999, Presiden Soeharto lengser. Akan tetapi, di Indonesia masih terjadi kekerasan.
            Setelah saya lulus dari SD, tahun 2002 saya kembali melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi , yaitu jenjang SMP. Saya melanjutkan ke SMP Santo Markus II hingga tahun 2005. Saat SMP ekskul yang saya pilih pertama ialah Taekwon-Do. Karena saya ingin melanjutkan seni bela diri tersebut di LKISIN Taekwon-Do International Taekwon-Do Federation (ITF). Hal tersebut hanya berjalan hingga kelas 2 SMP. Saya juga mengikuti Paduan Suara di sekolah. Saya juga pernah mengikuti Pendidikan & Latihan Ke Palang Merahan yang diselenggarakan oleh PMI. Di SMP saya juga mempelajari alat musik pianika Sejak saya berada di bangku SD serta SMP, lingkungan sekitar sekolah lebih kental dengan budaya jawa karena guru dan teman saya mayoritas Jawa. Bahkan saya pernah diajarkan bahasa jawa oleh salah satu guru saya. Akan tetapi, pergaulan saya identik dengan budaya Batak. Saat SMP kedua orang tua saya sudah mengajak saya untuk menyaksikan tata cara pernikahan adat Batak. Akan tetapi, sejak SMP hingga sekarang saya mencintai tradisi serta keindahan Kota Jogjakarta. Walaupun begitu besar ketertarikan saya akan Jogjakarta, tetapi Kecintaan serta Rasa Bangga saya akan Batak tidak akan hilang. Pada tahun 2001-2005, keadaan Indonesia kembali kacau. Dikarenakan banyak sekali teroris sehingga sering terjadi bom di beberapa daerah seperti Bom Bali 2x terjadi, Pengeboman Kedubes Australia, Bom Palopo, Bom Gereja Santa Anna dan HKBP Jatiwaringin, Bom Plaza Atrium. Saati itu Presiden Abdurahman Wahid juga diminta mundur di tengah masa pemerintahan sehingga Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden RI kelima serta peristiwa jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air Penerbangan 62.
            Pendidikan saya tidak hanya sampai jenjang SMP saja. Akan tetapi, saya kemudian melanjutkan ke jenjang SMA di SMA Negeri 51 Jakarta pada tahun 2005-2008. Di SMA saya mulai mengenal pakaian batik karena pakaian tersebut ialah seragam yang harus saya kenakan setiap hari kamis. Sejak TK hingga SMP saya bersekolah di sekolah swasta sehingga saya tidak pernah berpakaian batik, walaupun saat TK saya pernah diperlihatkan kain batik. Saat SMA saya juga mempelajari bagaimana cara memainkan alat musik angklung. Lingkungan pergaulan saya sejak SD hingga SMA sangat kental dengan Batak mulai dari berbahasa Batak hingga makan makanan khas Batak. Sejak kecil hingga sekarang, lingkungan sosial saya melekat dengan budaya Betawi. Hal ini dikarenakan mayoritas warganya ialah asli Betawi. Mulai dari bahasa, kesenian(Ondel Ondel & Tari Topeng) serta kejadian perebutan tanah, suara dengan nada yang cukup keras saat memanggil orang dari kejauhan, atau bahkan kurangnya sopan santun saat bertamu kerumah orang bahkan Dangdut menjadi salah satu jenis musik yang paling favourit. Hal tersebut menjadi suatu kebiasaan atau budaya di daerah tempat tinggal saya. Peristiwa penting pada tahun 2008 ialah Naik Turunnya BBM, Pemberantasan Korupsi, Eksekusi Mati Amrozi Cs, Krisis Ekonomi Global (di Indonesia mengalami krisis yang ditandai dengan anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar, Bencana Alam, Banjir, Mutilasi Ryan Jombang, Lumpur Lapindo, Ditangkapnya Aulia Pohan serta Wafatnya Presiden ke-2 RI, yaitu Soeharto.
            Tahun 2008 saya lulus SMA. Saya mencoba berbagai macam tes ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri saat itu bahkan PENMABA pun sudah saya coba. Akan tetapi, Tuhan berkehendak lain. Tahun 2008 saya tidak lulus satu pun seleksi masuk PTN. Karena saya hanya ingin masuk Universitas Negeri, maka saya memutuskan untuk tidak kuliah dan mencoba kembali tahun depan. Karena saya tetap berharap bahwa tahun depan saya bisa masuk jurusan Teknik Industri. Selama 1 tahun saya mengikuti bimbingan belajar di tempat les. Pada tahun 2009 ada beberapa perisitiwa penting seperti Ritual Ngeseks Aliran Sesat Satria Piningit Weteng Buwono (Agus memiliki 40 orang pengikut. 12 Pengikut di antaranya anak-anak. Tidak ada kostum yang mencolok dari pengikut aliran ini. Para pengikut aliran ini hanya kompak memakai gelang batu giok warna dan ikat kepala merah putih), Tanggul Situ Gintung Jebol, Krisis Listrik hingga 2009, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2009, Bom Porak Porandakan JW Marriott – Ritz Carlton, Gempa Bumi di Bumi Minang, Kontroversi Film Miyabi, Hari Anti Korupsi (Ada nuansa yang berbeda pada perayaan Hari Antikorupsi se-dunia 2009. Di tahun-tahun sebelumnya, peringatan hari antikorupsi kerap diselingi acara resmi pemerintah, kali ini tidak. Yang merayakan pada 9 Desember 2009 adalah masyarakat luas, di ibukota dengan melakukan demonstrasi damai). Di tahun 2009, saya kembali mencoba semua seleksi masuk PTN dengan pilihan jurusan yaitu Teknik Industri, Teknik Metalurgi serta Design Grafis. Akan tetapi, lagi-lagi saya tidak lulus seleksi. Agustus 2009 saya mencoba kembali untuk mengikuti tes PENMABA dan hasilnya ialah Puji Tuhan saya keterima di Jurusan Sejarah Prodi Pariwisata UNJ.
            Tahun 2010, peristiwa Gayus Tambunan menjadi sorotan berita. Sudah 2 semester saya lewati dan sekarang saya memasuki semester ketiga di UNJ sebagai mahasiswi pariwisata. Banyak hal yang sudah saya pelajari mengenai dunia pariwisata baik dari segi kebudayaan dan kesenian maupun objek-objek wisata yang ada di beberapa wilayah di Indonesia. Karena sebenarnya Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan akan SDA serta kebudayaannya. Daya tarik wisata dari segi kebudayaan & kesenian serta wilayah Indonesia yang strategis, menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan perekonomian Indonesia dalam bidang kepariwisataan. Hanya saja pemerintah serta bangsa Indonesia belum menyadari hal tersebut, sehingga dunia pariwisata belum begitu berkembang. Faktanya Indonesia tidak kalah kaya dari negara-negara asing lainnya. Inilah yang menjadi salah satu motivasi saya menjadi mahasiswi pariwisata. Saya ingin mengembangkan Indonesia dalam dunia pariwisata agar dunia tahu bahwa Indonesia adalah negara yang terkenal akan keindahan alamnya dan keragaman budayanya. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat Indonesia harus saling bekerjasama dalam mengembangkan dunia pariwisata Indonesia serta menjaga dan melestarikan budaya serta alam yang sudah kita miliki dengan baik. Agar apa yang negara kita punya tidak dapat diambil oleh negara lain dan akhirnya diakui oleh negara lain. ^.^

Jumat, 24 September 2010

TUGAS 1 # AUTOBIOGRAFI

Saya adalah putra dari pasangan H. Mahfud Murad dan Fatma Mahasiswanti yang lahir pada tanggal 25 Maret 1989 bertepatan pada hari sabtu pukul 16.30 di Rumah Sakit Ridwan Maureksa, keluarga yang insyaAllah selalu diberkahi Allah SWT ini Alhamdulillah selalu menjaga kehidupan sosialnya dengan masyarakat sekitar, pada saat lahir di Jakarta orang tua kami masih tinggal dengan orangtua dari ibu yang mana bertempat di Jl. Percetakan Negara IV A, beberapa hari ke depan orang tua pun memeberi nama kepada anaknya seperti halnya biasa, namun nama yang sudah dipersiapkan ada pertimbangan dari sana sini hingga akhirnya nama ISAGHOJI menjai namaku, yang mana anam ini saya dapatkan dari Ayah saya yang biasa saya sapa untuk kakek dari bapak.

Setelah tiga bulan kami bertempat tinggal di Jl. Percetakan Negara IV A ini, Alhamdulillah bapak saya sudah dapat mencicil rumah di daerah Tangerang Kelurahan Bojong Nangka, Perumahan Dasana Indah. Perumahan yang belum lama berdiri pada saat itu menjadi pilhan papa sapaan untuk bapak saya dengan mempertimbangkan jarak antara Percetakan Negara dan Serang, karena Orangtua dari papa ada di Serang yang mana modern ini adalah ibu kota dari propinsi Banten.

Pada tahun 1989 banyak musisi kondang yang hingga sekarang masih sangat diakui kiprah mereka di belantika musik Indonesia, sedikit saya mempunyai daftarnya sebagaimana berikut:
Daftar Lagu
1.     "AKU SUKA, KAMU SUKA" (Dharma Oratmangun) oleh : Harry Moekti, Cantora Geronimo
2.     "INI DAN ITU" (Hermawan, Inge Maskun) oleh : Ruth Sahanaya
3.     "LESTARI" (Hentriesa, Emma Madjid) oleh : Trio Libels
4.     "SUDAHKAH KU" (Dewayani, Deddy Wiradz) oleh : Connie Constantia
5.     "BIAS WARNA" (Kusdamarsasi Koesnoen, Johandi Yahya) oleh : Utha Likumahuwa
6.     "LUPAKAN MASA LALU" (Robby Lea) oleh : Tetty Manurung
7.     "PUTIH CINTAKU" (Andi Christian) oleh : Al Rizal
8.     "SEMOGA SAJA" (Yovie Widiyanto, Wieke Gur) oleh : Emilia Contessa
9.     "BERDUA" (Yovie Widiyanto, Wieke Gur) oleh : Mus Mudjiono
10. "MENCARI" (Tamam Hoesein, Wieke Gur) oleh : Harvey Malaiholo
11. "INDAHNYA CINTA" (Dewayani, Deddy Wiradz) oleh : Vonny Sumlang
12. "HARAPANKU" (Iwan Wiradz, Hentriesa, Ferina) oleh : Elfa's Boys

 Musisi Pendukung
§  Rezky Ichwan
§  Tamam Hoesein
§  Widya Kristianti
§  Erwin Gutawa
§  Widya Kristianti
§  Chandra Darusman

d.wikipedia.org/wiki/Festival_Film_Indonesia_1989

Sejak kecil saya sudah menyukai pelajaran-pelajaran umum layaknya anak sepantar saya, karena itu saya sudah masuk sekolah sejak umur 3 tahun yang sekarang disebut PAUD (Pendidikan Usia Dini). LAlu saya mulai memasuki jenjang TK 0 kecil, layaknya anak-anak TK yang lain hanya banyak bermain disekolah, sampai melanjutkan TK 0 besar dan setelah itu mulai persiapan masuk ke jenjang SD di Yayasan yang sama.
Pada masa SD saya banyak melakukan kegiatan eskul terutama dibidang olahraga dan pramuka, sehingga pada kelas lima SD saya termasuk bagian dari Tim inti SD Sunan Bonang dalam turnamen sepak bola yang diadakan kecamatan, selain disekolah saya juga mengikuti sekolah sepak bola tidak jauh dari rumah. Sehingga minat menjadi atlit sudah tertanam dari saya kecil.

Tak lepas dengan dunia seni, masa-masa SD saya sudah senang engan paduan suara, apabila upacara saya ingin sekali menjadi paduan suara, namun dengan postur yang tinggi dan aktif dalam Kepramukaan saya lebih banyak dipilih menjadi pemimpin upacara, taka pa selama diri ini masih bias bermanfaat bagi orang lain.

Teringat masa SD saya pernah piknik ke Taman Mini Indonesia Indah bersama teman-teman dan para guru, banyak pertunjukan-pertunjukan yang dapat saya lihat disana, namun karena sudah lama saya lupa apa yang saya lihat disana, tapi saya tersadar setelah umur beranjak dewasa, maksud guru-guru kami adalah memperkenalkan budaya negeri ini sejak usia dini, karena patutlah kita sebagai anak bangsa mengenal budayanya sendiri lalu mencintainya.

Disekitar rumah banyak tontonan yang menarik, tapi hati bertanya. Topeng monyet, karapan sapid an lain sebagainya yang melibatkan binatang untuk kebudayaan atau atraksi hiburan, apakah itu melanggar hak binatang dalam kehidupannya? Saya sendiri belum menemukan apa hukumnya, dari satu sisi saya terhibur namun dari satu sisi lagi saya kadang kasihan terhadap binatang-binatang yang digunakan untuk hal-hal tersebut.

Beranjak dewasa atau tepatnya beranjak dewasa saya mulai mencari SMP ternama di Tangerang, ada beberapa SMP Negeri yang saya ingin tuju, namun suatu ketika kami sekeluarga menjenguk bapa saya ke Rumah Sakit Usada Insani di Kota Tangerang dan sebelum masuk saya lewati ruang UGD, tak sengaja melihat seorang siswa yang hancur kepalanya dan keluarlah semua isi kepalanya akibat tauran antar sekolah, setelah saya bertanya-tanya siswa amanakah yangada didalam UGD tersebut? Setelah mendapat informasi, ternyata anak tersebut dari sekolah yang saya ingin masuk. Seketika saya langsung menginginkan pindahkan ijazah saya dari SMP itu, ternyata setelah bapak sembuh saya diantarkan menuju Pondok Pesantren Daar El Qolam yang mana tempat bapak dulu besekolah, setelah becakap-cakap ternyata kami disarankan menuju cabang dari Ponpes Daar El Qolam tersebut yakni Ponpes La Tansa.

Pondok Pesantren La Tansa yang dipimpin KH. Adrian Mafatihullah Karim M A.g ini mempunyai visi misi yang tak jauh beda dengan Pondok Pesantren Daar El Qolam, karena memang satu pendiri yakni KH. Ahmad Rifa’I Arief yang merupakan ayah dari KH. Adrian. Berselang hari saya dan keluarga beranjak menuju Ponpes La Tansa, ternyata masih ada teman lama bapak yang mengajar disana, tak lama saya pun mengikuti tes masuk. Alhamdulillah pengumuman pun menyatakan saya diterima di Ponpes La Tansa.

Berjalan 3 tahun disana, masa-masa tidak betah dalam pesantren pun saya alami. Sejak SMP ini saya mendapat banyak ilmu pendewasaan diri terutama untuk masa puber yang dialami setiap manusia pada masa SMP. Tak banyak hal negative yang dilakukan karena memang kami selalu dalam pengawasan dari Pondok pesantren, tak halnya siswa-siswa diluar sana yang mencoret-coret baju, dan lainnya. Setelah UAN kami berjamaah ke masjid, untuk sujud syukur semoga ujian yang kami laksanakan mendapat hasil yang terbaik, karena begitulah yang diharapkan semua siswa ketika menjalani UAN.

Masa SMP saya kenal dengan dunia Marching Band, dan ini yang membuat saya mungkin agak betah, karena merasa ada kegiatan di Pondok. Dengan Marching Band otak kiri saya terus bergerak, banyak hal positif juga yang kami dapat dari Marching Band, selain tentunya seni musik kami mendapat ilmu kedisiplinan yang ketat dari pelatih. Disiplin dan ketekuana berlatih mengantarkan menjuarai berbagai macam kejuaraan Marching band di Kab. Lebak hingga Tangerang.

Selain Marching Band, saya banyak mendengar kesenian-kesenian timur yang selalu diperdengarkan di Pondok. Seperti marawis, kosidah, dan lainnya. Tak lupa Band layaknya Ungu, Netral dsbg kami masih mendengar karena ada eskul yang berkaitan dengan itu juga dikarenakan kami masih tergolong Pesantren Modern.

Pada tahun 2004 saya beranjak masa SMA, pada tahun ini hal bersejarah kami alami sebagai warga Negara, pemilhan Presiden dilaksanakan. Saya punya data sedikit tentang Pemilu tahun 2004:

Sejarah Pemilu 2004

Pemilihan Umum Indonesia 2004 adalah pemilu pertama yang memungkinkan rakyat untuk memilih presiden secara langsung, dan cara pemilihannya benar-benar berbeda dari Pemilu sebelumnya. Pada pemilu ini, rakyat dapat memilih langsung presiden dan wakil presiden (sebelumnya presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR yang anggota-anggotanya dipilih melalui Presiden). Selain itu, pada Pemilu ini pemilihan presiden dan wakil presiden tidak dilakukan secara terpisah (seperti Pemilu 1999) — pada pemilu ini, yang dipilih adalah pasangan calon (pasangan calon presiden dan wakil presiden), bukan calon presiden dan calon wakil presiden secara terpisah.

Pentahapan Pemilu 2004
Pemilu ini dibagi menjadi maksimal tiga tahap (minimal dua tahap):
Tahap pertama (atau pemilu legislatif”) adalah pemilu untuk memilih partai politik (untuk persyaratan pemilu presiden) dan anggotanya untuk dicalonkan menjadi anggota DPR, DPRD, dan DPD. Tahap pertama ini dilaksanakan pada 5 April 2004.
Tahap kedua (atau pemilu presiden putaran pertama) adalah untuk memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden secara langsung. Tahap kedua ini dilaksanakan pada 5 Juli 2004.
Tahap ketiga (atau pemilu presiden putaran kedua) adalah babak terakhir yang dilaksanakan hanya apabila pada tahap kedua belum ada pasangan calon yang mendapatkan suara paling tidak 50 persen (Bila keadaannya demikian, dua pasangan calon yang mendapatkan suara terbanyak akan diikutsertakan pada Pemilu presiden putaran kedua. Akan tetapi, bila pada Pemilu presiden putaran pertama sudah ada pasangan calon yang mendapatkan suara lebih dari 50 persen, pasangan calon tersebut akan langsung diangkat menjadi presiden dan wakil presiden). Tahap ketiga ini dilaksanakan pada 20 September 2004.

Pemilu Legislatif 2004
Pemilu legislatif adalah tahap pertama dari rangkaian tahapan Pemilu 2004. Pemilu legislatif ini diikuti 24 partai politik, dan telah dilaksanakan pada 5 April 2004. Pemilu ini bertujuan untuk memilih partai politik (sebagai persyaratan pemilu presiden) dan anggotanya untuk dicalonkan menjadi anggota DPR, DPRD, dan DPD. Partai-partai politik yang memperoleh suara lebih besar atau sama dengan tiga persen dapat mencalonkan pasangan calonnya untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu pada Pemilu presiden putaran pertama.
www.pemiluindonesia.com/sejarah/pemilu-2004.html

Masa-masa SMA saya masih bergelut dengan dunia Marching Band, walaupun sibuk dengan kejuaraan-kejuaraan Marching Band yang diadakan di Tangerang dan Jakarta kami tak lupa akan pelajaran sekolah, setiap ada dikelas kami selalu memberikan yang terbaik pula, memang terasa sangat lelah namun semangat yang ada cukup membantu kami untuk menjalankan segala aktifitas yang ada, walhasil kami menjuarai tingkat Nasional kategori sekolah yang diadakan di Tennis Indor Senayan. Kami membawa piala Presiden, Wakil Presiden, dan Menpora, suatu pencapaian yang indah dalam hidup ini.

Masa SMA pun saya lewati dengan berbagai macam canda, tawa, tangis bahagia. Ketika saat wisuda kami tak kunjung kuat Manahan air mata, saatnya berpisah dengan pondok tercinta dan teman-teman seperjuangan. 6 dan 4 tahun berjuang bersama menuntut ilmu dan hari itupun kami harus dipisahkan dengan tangis bahagia dalam wisuda santriwan santriwati kelas 6 (3 SMA/Sederajat).

Setelah lulus saya mendaftar SPMB dan tes mandiri Universitas Negeri Jakarta Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Alhamdulillah saya mendapatkan kursi regular. Selama kuliah saya mengikutu berbagai macam kegiatan kampus, seperti halnya sejak kecil yang tak bias diam. Sampai saya mengemban amanah Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni, dua tahun yang menyenangkan untuk mendapat nilai kuliah dan berbagai macam kegiatan di kampus tercinta.

Suatu ketika dating dalam diri ini suatu kejenuhan, rasa ingin mencari sesuatu yang baru timbul begitu besar. Dan akhirnya saya memutuskan untuk pindah ke Prodi. Usaha Jasa Pariwisata Universitas Negeri Jakarta, walau tak pindah kampus saya merasa cukup sulit untuk hal birokrsi. Keliling sana sini untuk mendapatkan izin, dan mengurus berbagai macam surat pindah jurusan. Tak apa, karena ini pilhan saya.

Disini saya banyak menemukan hal-hal baru, dunia Pariwisata yang tak pernah saya geluti sebelumnya membuat diri ini selalu ingin berbuat sesuatu dalam kehidupan, kebudayaan Indonesia yang sangat kental dapat saya lihat secara langsung ketika saya ODTW misalnya atau dalam kegiatan lain.

Jurusan baru ini insyaAllah akan saya laksanakan sebaik-baiknya, karena saya sudah memilihnya dan saya harus bertanggung jawab atas pilihan saya. Dan untuk masa depan saya nanti.

TUGAS 1 # AUTOBIOGRAFI

    Anak ketiga dari 4 bersaudara dari pasangan yg berketurunan cirebon dan yogjakarta,saya bernama lengkap muhibbudin waly akbar,lahir di tebet Jakarta 2 november 1991 dan saya adalah anak laki satu satu nya,karna kakak saya semua nya perempuan,dan saya juga memiliki adik perempuan.ayah saya brasal dari cirebon dan ibu saya brasal dari jogyakarta yg mempunyai keturunan arab di dalam darah nya,jadi di dalam diri saya terdapat kemajemukan kebudayaan yg beragam.selain dari keberbedaan budaya orang tua saya,saya juga saya juga mendapat kebudayaan yg berbeda lagi dari tempat saya tinggal yaitu di Jakarta,dimana saya dari kecil dan besar disana,makanya saya lebih sering memakai bahasa setempat,yg lebih dikenal dengan bahasa betawi.
     Jakarta merupakan kota yg ditempati berbagai macam suku seperti sunda,betawi,jawa,dan batak,orang ambon pun banyak yg tinggal di daerah kami.
Walaupun Jakarta memiliki penduduk non islam sikap toleransi punmenjadi cirri khas kota Jakarta,bentuk toleransi tersebut pun ditunjukan dengan sikap konkrit berupa keramahtamahan.banyak yg menyebut Jakarta kota yg modern dan sangat maju,itu bsa dilihat dari banyak nya gedung2 tinggi menjulang dan trasportasi yg lengkap.tpi itu dilihat dari segi komersil,tapi dari segi akhlak atau pun kereligiusan Jakarta masih belum sempurna,ada orang di Jakarta yg mengaku nabi,atau pun malaikat,ada yg menyebarkan ajaran sesat di Jakarta,itu karna lemah nya iman dan pengetahuan seseorang tentang ajaran agama yg mereka ketahui.
      Tahun 1992-1994 ketika saya masih balita,orang tua saya bilang perekonomian Indonesia masih stabil dibawah kepemimpinan presiden soeharto,makanan pokok beras pun masih mencukupi din Indonesia,berbagai stasiun swasta pun lahir pada masa ini,jadi rasanya pada masa ini kebutuhan masih dapat terpenuhi,tapi seiring berjalannya waktu,anak2 dan cucu soeharto pun beranjak dewasa,pak soeharto meminjam uang ke Negara asing dengan alas an kepentingan Negara,tapi nyata nya itu masuk ke kas pak presiden untuk bekal anak dan cucu nya nanti.pada tahun 1998 ketika saya bersekolah di sd budi asih,terjadi kejadian besar di Jakarta,,yaitu tragedi trisakti,yg bertepatan  dengan lengsernya pak soeharto dari kursi kepresidenan.kita tinggalkan masalah di ibukota,sekarang kita bicara tentang kehidupan saya sewaktu duduk di bangku sd,pada saat sd saya sudah banyak mulai menemui kesenian kesenian yg unik,seperi belajar mozaik,kaligrafi,dan alat musik angklung,dan yg paling bikin saya senang ketika saya belajar menulis huruf sambung,mskipun akhirnya ketika saya beranjak dewasa,saya tidak lagi menulis dengan huruf sambung.dilingkungan rumah saya,saya sering sekali melihat pertunjukan topeng monyrt,kuda lumping dan ondel ondel yg sering lewat disekitar rumah saya,kalau lagi libur saya sering sekali main sepakbola di pagi hari atau saya sering sekali diajak jalan2 ayah saya ke monas untuk menikmati cuaca pagi yg cerah dan sejuk.pada tahun 2003-2005 ketika saya masuk smp negri 67 jakarta saya menikuti ekstrakurikuler sispala,disana saya banyak belajar tentang hidup di alam bebas, cara mendaki gunung,dan masih banyak lagi,yang akhirnya membawa saya harus mendaki gunung salak,pada saat saya kelas 3.
      Tahun 2006 saat saya remaja saya masuk di sma negri 43 jakarta,peristiwa peristiwa di Indonesia seperti flu burung,makana berformalin,korupsi dimana mana menjadi topik utama ketika saya menonton acara berita.hal yg paling berkesan pada saat sma adalah pada saat saya jatuh cinta kepada seorang wanita,yang akhirnya menjadi pendamping hidup saya,thanks god.
      Tahun 2009,saat saya lulus dari bangku sma dan saya diterima di d3 pariwisata universitas negeri Jakarta,saat saya pertama kali masuk di kampus unj,hanya satu kalimat yg saya katakana,saya ingin cepat lulus dari kampus ini.dan nilai  saya pada semester pertama bias dibilang lumayan,karna tidak ada nilai c nya.
      Tahun 2010,peristiwa gayus tambunan mnjadi sorotan,tapi menurut saya peristiwa itu hanya untuk menutupi skandal bank century,tidak terasa sudah setahun saya menimba ilmu di pariwisata unj,banyak hal yg saya pelajari tentang pariwisata dan kesenian Indonesia,harapan saya setelah lulus adalah saya dapat mempopulerkan kesenian Indonesia di mata dunia.agar Indonesia terlihat sarat akan budaya,seni dan alam,dan tidak ketinggalan sarat akan kemiskinan.dan semoga masyarakat Indonesia semaikin menyadari betapa kaya nya kita sebagai Negara,sehingga kita dapat melestarikan nya, agar bangsa kita tidak berhutang lagi kepada bangsa bangsa asing.

TUGAS 1 # AUTOBIOGRAFI

Anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan yang sama-sama keturunan Padang, Sumatera Barat ini bernama Adri Fahrian, dilahirkan pada tanggal 11 April 1992 sekitar jam 9 di Rumah Bersalin Rahmat yang terletak dekat dari rumah saya dan masih ada keberadaannya sampai saat ini. Karena sewaktu kecil saya memangil diri saya Aji karena saya belum lancar berbicara maka dari saat itu saya biasa dipanggil Aji. Saya memang dilahirkan di Jakarta, tetapi kedua orang tua saya keturunan Bukittinggi Padang Sumatra Barat, begitu juga dengan ayah saya. Dari kecil saya di kelilingi oleh keluarga yang berbahasa padang, tapi sampai sekarang saya tidak pandai bahasa padang.

Saya mulai bersekolah pada tahun 1996 di TK Aisyiah, yang letaknya tidak jauh dari rumah saya. Dan Hanya satu tahun saya duduk di bangku TK. Disinilah saya mulai bermain dan belajar bersama teman-teman yang pertama kali saya kenal. Kemudian saya melanjutkan ke SD Muhammadiyah saat usia saya belum genap 6 tahun, selama 6 tahun saya duduk di bangku SD banyak hal-hal baru yang saya ketahui. Saya baru lancar membaca pada kelas 2 SD. Dan juga pada saat saya kelas 2 SD terjadi peristiwa yang cukup terkenal yaitu Peristiwa Trisakti, karena letak kampus trisakti yang sangat dekat dari rumah saya, banyak mahasiswa/i yang kabur dan bersembunyi di daerah rumah saya. Sangat keras terdengar suara tembakan dan teriakan orang yang ketakutan, tapi pada saat itu saya tidak tahu apa yang terjadi. Dan saya baru tahu kalau saat itu terjadi kerusuhan pada saat usia saya 10 tahun.

Pada tahun 2003 saya memasuki sekolah menengah pertama (SMP) Sumbangsih 2 yang letaknya juga tidak jauh dari rumah saya. Selama 3 tahun itu saya bertemu dengan teman-teman baru, kehidupan bersekolah di SD jauh lebih menyenangkan daripada di SMP, tapi banyak pelajaran yang baru dan lebih bermanfaat yang saya dapatkan di SMP. Dan di masa SMP inilah saya bertemu dengan 6 orang teman yang sampai sekarang menjadi sahabat dekat saya.

Dan saya menduduki bangku sekolah menengah atas (SMA) 23 Tomang, Jakarta Barat sejak tahun 2006 sampai 2009. Pada kelas X saya belajar dengan giat agar bisa masuk ke jurusan IPA, namun pada akhir semester 2 saya menerima raport yang menyatakan saya masuk ke jurusan Bahasa. Karena nilai pelajaran bahasa asing saya yang di atas nilai pelajaran lainnya maka saya dimasukan ke jurusan Bahasa, awalnya saya merasa kecewa namun lama-kelamaan saya menerimanya juga. Walaupun saya masuk ke jurusan Bahasa tapi saya tetap belajar dengan rajin untuk mendapatkan nilai yang bagus untuk bisa lulus UAN dan juga lulus ujian masuk Universitas yang saya inginkan, tetapi harapan saya tidak sesuai dengan kenyataan. Saya akhirnya mengikuti tes PENMABA dan terpilih masuk ke Prodi Usaha Jasa Pariwisata. Pada awalnya saya bingung apa yang akan saya lakukan jika saya sudah tamat dari prodi D3 ini, namun setelah pengenalan dan belajar 1 semester akhirnya saya mengetahuinya juga, bahwa mahasiswa/i prodi D3 pariwisata dibimbing untuk menjadi insan pariwisata yang handal.

Kamis, 23 September 2010

TUGAS 1 # AUTOBIOGRAFI

 Sapto Budiraharjo – Lahir di Jakarta pada 19 Agustus, meskipun terlahir dari keluarga yang sederhana pasangan Alm. Ayah Bedjo.A & Ibu Amsyah, ia memiliki tekad yang terpendam jauh dalm jiwanya sejak menginjak usia belasan / Smp, yang dibimbing oleh kakak-kakaknya untuk menjadi seorang yang tidak mau di gaji / seorang Entrepreneur. Saya terlahir dari keturunan betawi dan jawa, meskipun memiliki darah jawa namun saya dibesarkan dari kecil hingga saat ini di lingkungan betawi yang cukup tentram dan akrab, karena ditempat saya tinggal dari ujung ke ujung masih ada hubungan darah dari keluarga ibu.
Pada tahun 1997, saya masuk ke sekolah dasar (SD) tanpa terlebih dahulu belajar di lingkungan taman kanak (TK) seperti halnya anak yang lain. Waktu SD saya masih sempat merasakan suasana yang damai serta nyaman di daerah saya tinggal karena masih adanya sedikit kebon My Grandfather. Karena banyaknya pendatang serta lambat laun kebutuhan meningkat satu persatu tanah di jual dan juga pada saat itu perekonomian Negara Indonesia carut marut karena krisis ekonomi dunia yang meyebabkan rakyat susah untuk memenuhi kebutuhannya dan banyak pekerja yang di PHK oleh perusahaan.
2003, Saya masuk sekolah menengah pertama (SMP) di SMPN 150 Jakarta. Di waktu saya menginjak di bangku SMP ini saya diajarkan bagaimana berwirausaha dengan ikut terjun langsung kedalam usaha kecil kakak-kakak saya, seperti halnya saya disuruh melayani pembeli. Ini dimaksudkan karena lingkunga yang saya tempati sudah ramai pendatang yang dulunya hanya kebon dan tanah lapang kini hanya tinggal cerita yang ada adalah pondasi-pondasi atau rumah-ruamah tinggal yang padat. Setelah saya lulus SMP, saya tidak berniat untuk masuk SMA tetapi saya memilih masuk SMIP di jurusan perhotelan, 2006. Karena pada saat itu presepsi saya dunia ini lebih mengasyikan, simple, dan dapat pengalaman yang jauh lebih berarti dari SMA. Saat ia menjalani semasa sekolah di Smip, yang dunianya berbeda dengan SMA, karena  disini lebih banyak diajarkan bagaimana untuk menjadi seorang yang mandiri, displin dan pribadi yang pantang putus asa. Nah, disini saya merasakan menemukan dunia yang saya impikan untuk meraih mimpi-mimpi. Saya  sekolah sambil part time yang di ajak gurunya, walaupun dibayar hanya 40rb/hari, biasanya hari libur atau sabtu & minggu. Dan dari situ banyak pengalaman yang dipetik.
    Pada tahun 2009 saya lulus, berniat meneruskan kepal pesiar yang mendorang saya untuk itu salah satunya dikarenakan pada tahun 2010 akan diadakan perdagang bebas antara Negara,  dimana yang mempunyai skill dia yang terpakai dalam dunia kerja, namun ibu saya tidak mengizinkan dan saya disuruh melanjutkan ke perguruaan tinggi yang ada di Jakarta, saya mencoba di UNJ prodi pariwisata, Alhamdulillah diterima. Sekarang aktivitasnya adalah menjadi mahasiswa Pariwisata yang terncatat di Perguruaan Tinggi Universitas Negri Jakarta (UNJ), tingkat III., meneruskan  keinginannya menjadi Entrepreneur di bidang yang sedang ditekuninya. Selain sebagai mahasiswa ia aktif dalm oraganisasi ekstra kampus dan juga membantu usaha yang sedang mulai dirintis kembali oleh keluarga besar saya.
    Namun di tengah usaha yang baru saja dirintis kini bangsa indonesia mengalami lagi krisis ekonomi yang dikarenakan indonesia memakai sistem moneter tetapi indonesia tidak begitu merasakan dampak dari krisi dunia kali ini karena sebagian pengusaha menggunakan sistem ekonomo rill seperti perdagangan. pada tahun 2010 ini indonesia mendapat masalah baru yang di timbulkan oleh negara malaysia yaitu tentang perbatasan wilayah.

Rabu, 22 September 2010

TUGAS 1 # AUTOBIOGRAFI


              
“Keragaman Memperkaya Ilmu dan Menimbulkan Sifat Toleransi”

Nama saya Cynthia Yunita Wawondatu. Anak ketiga dari tiga bersaudara. Saya mempunyai 2 kakak perempuan. Saya terlahir pada jam 6 sore tanggal 20 Juni 1991 di R.S Bersalin Panti Nugraha, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kedua orang tua saya memili latar belakan budaya yang berbeda. Papa saya Henky Syamsudin Wawondatu keturunan Manado-Palembang. Sedangkan Mama saya Endang Graheny keturunan Jawa Tengah namun lahir dan besar di Sumatra Selatan, disebabkan alm.kakek saya yang pekerjaanya sebagai kepala stasiun kereta api selalu berpindah-pindah wilayah tugas dan sekarang menetap di Bandar Lampung. Setelah saya lahir, keluarga saya yang awalnya tinggal di Jl. Bangka 8, Mampang Jak Sel kemudian memilih pindah ke perumahan Pondok Hijau Permai, Bekasi Timur. Walaupun terlahir sebagai anak bungsu, saya bukanlah anak manja. Mungkin karena saya telah terbiasa ditinggal mama dan papa untuk bekerja. Setiap mereka bekerja saya yang saat itu masih balita hanya di rawat oleh pembantu.
Sedari saya kecil, orang tua saya telah menanamkan nilai-nilai budaya dan sopan santun kepada saya. Seperti harus hormat kepada orang yang lebih tua, mencium tangan orang tua setiap ingin pergi keluar rumah, saling menyayangi sesama saudara, bila makan mulut tidak boleh mengecap,dll. Masalah kuliner, kedua orang tua saya juga sering memasakan masakan dari daerahnya masing-masing. Papah saya sering memasakan saya menu-menu dari Sulawesi Utara seperti ayam rica-rica, ikan woku belanga, dan bubur menado. Sedangkan mama saya yang terbiasa makan-makanan dari sumatra selatan juga sering memasak makanan khas nya seperti pindang ikan, serta sambal tempoya. Saya senang bisa merasakan berbagai macam jenis masakan dar bermacam daerah di Indonesia.
Menginjak Umur tiga setengah tahun, saya mulai tidak sabar untuk masuk sekolah. Saya selalu iri bila melihat kedua kakak perempuan saya pergi kesekolah. Melihat hal itu, mama berjanji akan memasukkan saya ke TK asalkan tangan saya sudah bisa sampai menyentuh telinga bila dilingkarkan di atas kepala. Tentu saja saat itu saya belum bisa melakukannya.
Tahun 1996, saat saya sudah berumur empat tahun mama menepati janjinya. Beliau membawa saya mendaftar di TK Cut Mutia, Pondok Hijau Permai. Dan sejak saat itulah saya menjadi murid TK Cut Mutia kelas O (nol) kecil. Masa-masa TK, saya lewati selama 2 tahun sampai tahun 1997 kelas 0 (nol) besar. Saat TK yang saya tau hanya bermain. Sampai-sampai saya rela datang paling pertama kesekolah hanya untuk bermain ayunan sampai puas..hehe. Dan tidak seperti teman-teman lainnya yang setiap sekolah selalu di antar dan ditunggui oleh mama nya, saya malahan tidak suka dan merasa risih bila mama dtg kesekolah setiap hari Sabtu saat mama libur kerja. Mungkin karena saya sudah terbiasa sendiri saat mama bekerja. Saya lebih memilih hanya diantar dan dijemput saja.
Setelah lulus TK, saya melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar (SD) di Mandalahayu, Bekasi dari tahun 1997 – 2003. Masa-masa SD, saya lewati dengan riang gembira. Saya mengisi hari-hari saya dengan belajar, bermain permainan anak-anak tradisional seperti lompat karet, congklak, petak umpet, demprak, galaksin, benteng dll. Di sekolah saya juga mengikuti berbagai kegiatan ekstrakulikuler seperti angklung dan menari. Bhkan saya dan teman-teman saya juga sering tampil mewakili sekolah untuk lomba menari. Tarian yang sering saya tampilkan adalah tari-tarian tradisional seperti Kicir-kicir (Betawi), Jaipong (JaBar), Ayam den Lapeh dan Dingding pa dingding (SumBar).
Ditahun 1998 saya juga melewati kejadian bersejarah bagi Indonesia yaitu berakhirnya masa Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto, lalu digantikan Masa Reformasi yang mulai dipimpin oleh Presiden Habibie. Saat itu saya masih kelas 2 SD. Saat itu keadaan Indonesia sangatlah mencekam. Kerusuhan dan penjarahan terjadi dimana-mana dan semakin mengerikan. Yang menjadi sasaran saat itu adalah kaum Tionghoa. Akibat dari kerusuhan dan penjarahan tersebut, keadaan ekonomi Indonesia terpuruk. Indonesia mengalami krisis swasta yang gulung tikar, melonjaknya angka pengangguran.  Saya masih ingat sekali saat kerusuhan itu setiap pagar rumah di pasang sajadah. Untuk menandakan pemilik rmh tersebut seorang muslim dan bukan sasaran kerusuhan. Saat itu lingkungan rmh saya jg mencekam, ada berita bahwa kerusuhan sudah semakin mendekat ke lingkungan rumah saya.sehingga kluarga saya dan para tetangga terpaksa mengungsi di mesjid dekat rumah. Kerusuhan tersebut dikenal dengan Nama Kerusuhan Mei 98.
Menginjak tahun 2003-2006 saya menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saya bersekolah di SMP Yayasan Abdi Karya 8 (YADIKA 8) Bekasi. Sekolah saya ini kental dengan unsur suku Batak Sumatra Utara. Mulai dari pemilik, guru-guru, sampai murid-murid nya. Oleh sebab itu banyak sekali teman saya yang keturunan Sumatra Utara. Saat itu saya juga diajarkan lagu-lagu tradisional Sumut yaitu Madekdek Magambiri, Sinanggar Tulo, dan Butet. Di SMP inilah saya menemukan sahabat”. Kami melewati masa 3 tahun dengan sangat menyenangkan. Mlakukan hal-hal yang “nakal” seperti memanjat tembok sekolah untuk bolos, senang mencoret-coret tembok, melabrak adik kelas. Sampai-sampai masuk ruang BP adalah hal yang biasa. (hehe..yang ini jangan ditiru yah) . Walaupun begitu, saya tetap aktif sebagai anggota OSIS lhooo..hihi :D
Oiya..saat saya kls 1 SMP Bekasi dihebohkan dengan beredarnya isu mistis tentang KOLOR IJO. Cerita ini cepat beredar dan mnimbulkan keresahan di masyarakat khususnya para wanita. Sebab katanya kolor ijo ini tidak kelihatan dan sering memperkosa wanita unuk menambah ilmu hitamnya. Untuk menghalau dtg nya kolor ijo, masyarakat banyak yang memasang bambu kuning di depan rumahnya. Saat kelas 2 SMP, saya ikut kursus Master Of Ceremony atau MC. Dari kursus itu saya mendapatkan banyak sekali ilmu. Saya ditanamkan sifat percaya diri, sehingga saya berani untuk tampil di depan banyak orang. Tidak sia-sia karna saya lulus sebagai murid terbaik. SMA adalah masa remaja yang sangat menyenagkan buat saya.
Masa SMA saya dilewatkan selama tiga tahun. Dimulai dari tahun 2006-2009. Saya diterima sebagai murid di SMA Negeri 9 Bekasi. Akhirnya keinginan saya untuk dapat sekolah di SMA negeri tercapai. Walaupun SMAN 9 bukan pilihan utama saya. Di masa SMA saya tidak mengulang kebiasaan jelek saat SMP. Di SMA saya memilih program IPS. Knp? Karena jujur aja nih ya..saya lemah di bidang hitung menghitung. Otaknya enggak sampe..hehe tapi selain itu saya merasa ilmu IPS adalah bidang yang tepat untuk saya,karena ilmu-ilmu IPS adalah ilmu yang secara global. Ilmu yang akan terus berkembang menurut masa nya. Ilmu yang lebih membaur dengan kehidupan sosial. Oleh karena itu tidak heran bila disekolah saya murid-murid IPS lebih seru, heboh, dan solid daripada murid IPA.
Di SMA saya menemukan cita-cita saya sebagai guru sosiologi. Ilmu yang mempelajari tentang kehidupan dan keragaman serta konflik-konflik yang terjadi di tengah masyarakat. Cita-cita saya juga ingin berkuliah di universitas negeri. Oleh karena itu saat pendaftaran universitas negeri sudah dibuka,saya mengikuti berbagai cara tes seleksi unversitas. Saat itu saya mengikuti tes seleksi SMUP UNPAD, PENMABA UNJ, PMDK UPI Bandung. Melalui SMUP UNPAD saya diterima di jurusan Kesejahteraan Sosial di kampus UNPAD Jatinangor. Banyak yang menyesalkan tindakan saya menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Itu karena saya msh berharap dapat diterima di jurusan pendidikan sosiologi UNJ. Ternyata harapan saya tidak terwujud, saya gagal masuk di jurusan tersebut. Hal itu sangat membuat saya sedih dan berkecil hati. Ternyata saya diterima di pilihan kedua saya yaitu program studi D3 Pariwisata. Awalnya saya tidak tertarik masuk pariwisata. Apalagi saat itu saya mendapat program beasiswa + PMDK dari Universitas Gunadharma jurusan psikologi. Kedua pilihan ini membuat saya sangat bingung. Setelah saya pikirkan baik-baik, akhirnya saya memilih untuk mengambil pilihan di program studi D3 Usaha Jasa Pariwisata UNJ.
Jadilah mulai tahun 2009 sampai sekarang saya telah memasuki tahun kedua saya berkuliah di prodi ini. Ternyata keputusan saya memilih prodi ini tidak salah. Banyak sekali ilmu luar biasa yang saya terima dari para dosen. Beliau-beliau membukakan mata saya terhadap dunia pariwisata Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan. Lahan hijau bagi mereka yang bisa jeli melihat peluang. Sampai saat ini pun saya senang berada di kelas bersama ke dua puluh tiga teman-teman yang saling mendukung satu sama lain.
Sedikit membahas tentang keadaan Indonesia saat ini, lagi-lagi terjadi masalah antara pemerintahan Indonesia dengan pemerintahan negara Malaysia. Sudah banyak sekali kerugian yang diterima Indonesia akibat perlakuan Malaysia. Malaysia semakin merajalela merebut kebudayaan yang dimiliki Indonesia seperti Reog Ponorogo, alat musik Angklung, dan lagu Rasa sayange. Dibutuhkan Ketegasan dari Pemerintah Indonesia untuk menindak segala perlakuan dai Malaysia. Jangan sampai kita kehilangan jati diri bangsa Indonesia. Serta peran aktif dari masyarakat Indonesia untuk lebih menjaga serta melestarikan kebudayaan Indonesia bila tidak ingin direbut.
Semoga saja Indonesia bisa lebih maju, khususnya di bidang Pariwisata. Karena dari bidang inilah devisa negara bisa terus bertambah. Semoga program Visit Indonesia Year bisa dilaksanakan secara  matang dan kontinue. Semoga kami para mahasiswa D3 Usaha Jasa Pariwisata UNJ angkatan 2009, nantinya bisa menjadi insan-insan pariwisata yang akan menunjukan netapa luar biasanya Indonesia kepada seluruh penjuru dunia. Amien…