Senin, 18 Oktober 2010

TUGAS 2 # INDONESIA BAGIAN TERKECIL DALAM HIDUP SAYA


DAYA TARIK WISATA ALAM DANAU TOBA

            Kali ini saya akan bercerita mengenai objek wisata alam yaitu Danau Toba. Danau Toba merupakan objek wisata yang tidak asing lagi. Danau Toba adalah salah satu objek wisata yang terkenal di Sumatera Utara bahkan di dunia. Danau ini juga merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Danau ini terbentuk akibat letusan gunung maha dasyat yang terjadi sekitar 75 ribu tahun yang lalu. Luas Danau Toba antara 1.265 – 1.707 km2, kedalamannya antara 150 – 450 meter. Berada 906 m di atas permukaan laut, suhu alam di sekitarnya sekitar 20 derajat Celcius hingga sejuk sepanjang tahun. Gunung, bukit, lembah, lereng, jurang curam, belantara cemara dan rerumputan, terhampar menghijau mengelilinginya.
  
                
                Akses untuk menuju Danau Toba dapat melalui rute Kota Medan-Parapat atau pun melalui rute Medan-Berastagi yang berjarak lebih kurang 176 km. Dari Kota Medan menuju Danau toba bisa ditempuh dengan perjalanan darat menggunakan mobil Pribadi selama lebih kurang 4 jam melalui jalan berliku berkelok-kelok. Kalau Naik bus dari kota Medan anda bisa menggunakan bus yang ada di terminal terpadu Amplas Medan, jurusan Kota Pematang Siantar,  setelah sampai di kota pematang Siantar anda dapat melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Angkutan Kota sejenis mikrolet menuju kota Parapat. Tapi jika ingin langsung menuju kota Parapat, bisa juga naik bus yang jurusan kota Parapat. Kalau mau naik kereta Api juga bisa, naiknya dari stasiun Besar Kereta Api Medan dekat Lapangan Merdeka Medan,  nanti berhentinya di kota Pematang Siantar. Biasanya angkutan kota akan berhenti di pelabuhan  Tiga Raja atau Aji Bata kota Parapat. Pelabuhan Tiga Raja melayani rute penyeberangan ke Pulau Samosir dengan Kapal Motor  sedangkan Pelabuhan Ajibata melayani rute penyeberangan dengan Kapal Fery dan Kapal Motor. Biaya yang dikenakan jika naik kapal Fery ialah sebesar Rp 15.000,-. Kita bisa juga naik pesawat terbang yang mendarat di Bandara Silangit di sebelah selatan Danau Toba (lima kilometer dari Kecamatan Siborong-borong, Tapanuli Utara) landasan pacunya 1.850 meter (panjang) dan 30 meter (lebar) hingga dapat didarati pesawat CN 235 bahkan pesawat berbadan lebar jenis F-28.Jika jarak penerbangan Polonia-Silangit yang 157 km bisa ditempuh sekitar 35 menit dengan CN 235, ditambah 20 menit dari Bandara Silangit ke Muara dengan mobil, praktis kurang satu jam para turis sudah bisa menikmati keindahan panorama Danau Toba.
 
          Keindahan Danau Toba sangat mengagumkan. Danau itu dikelilingi oleh perbukitan, sehingga suasana di sekitar danau terasa nyaman, udaranya segar dan sejuk. Keunikan dari Danau Toba sendiri ialah karena ditengah-tengah danau ini terdapat satu pulau yaitu Pulau Samosir yang luas kelilingnya 90 km. Para pengunjung dapat menikmati keindahannya dengan berenang atau pun menyewa perahu motor, mengitari sekitar danau. Di sore hari, pengunjung dapat menikmati suasana yag lebih hening dengan pemandangan cahaya matahari terbenam yang begitu indah. Danau yang luas ini memiliki nilai magis dan kosmologis, karena dipercaya sebagai tempat berdiamnya Namborru (tujuh dewi leluhur Suku Batak). Bilamana masyarakat Suku Batak ingin menggelar acara adat di sekitar danau, mereka harus terlebih dahulu memohon izin kepada Namborru. Seperti dalam perayaan Pesta Rakyat Danau Toba yang setiap tahunnya digelar, beberapa ritual dilakukan terlebih dahulu sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.

            Di tengah Danau Toba, yaitu di Pulau Samosir terdapat objek wisata alam yang populer, yakni danau di atas danau (Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang); objek wisata sejarah di komplek makam Raja Sidabutar di Desa Tomok; dan wisata arsitektur berupa komplek rumah tradisional Batak Toba Samosir. Disisi danau terdapat batu gantung. Sebuah batu yang konon katanya penjelmaan dari seorang gadis dari marga Sinaga dan anjingnya yang terjun dari perbukitan. Hingga kini batu hitam memanjang dan sebongkah batu lainnya terlihat menggantung di bukit. Katanya Sang putri menolak dijodohkan dengan raja dari marga Sidabutar. Dia lebih memilih pria dari marganya sendiri, tapi karena orangtua menolak dan adat tidak memungkinkan, dia memilih bunuh diri. Dari danau toba, tampak pulau ini dikelilingi bukit bukit yang gundul, akibat penebangan besar besaran yg dilakukan oleh suatu perusahaan, padahal beberapa tahun yang lalu bukit ini masih hijau dengan pohon pinus.





                

             Tomok adalah sebuah desa kecil yang terletak di pesisir timur PulauSamosir, Desa ini sangat menggantungkan kehidupan para masyarakatnya pada bidang agraris, perdagangan dan pariwisata. Didermaga Tomok, terdapat tugu atau prasasti bermacam-macam marga di Pulau Sumatera. Antara lain marga Karo, Mandailing,Simalungun, Toba, Pak Pak, dan lainnya.Di Tomok terdapat Patung Sigale-Gale. Kisah soal patung ini katanya, dimulai berabad-abad lalu ketika Raja Rahat yang memerintah di Uluan memiliki putra, Raja Manggale namanya. Putra semata wayangnya itu sangat disayangi oleh seluruh kampung, terlebih oleh ayahnya karena dia pintar menari. Ketika sang putra, Raja Manggale itu jatuh sakit dan tidak tertolong nyawanya, Raja Rahat sangat bersedih dan berduka. Sampai akhirnya ada tiga orang menyanggupi untuk membuat patung yang mirip dengan Raja Manggale. Patung itu mereka buat terpisah, kepala, bagian leher hingga pinggang dan kakinya. Berbekal kesaktian tiga orang tersebut, roh Raja Manggale dipanggil dan masuk ke dalam patung tersebut. Semenjak itu patung tersebut bisa menari dan menghibur sang raja. Agar bisa menyaksikan patung itu menari, pengunjung diharuskan membayar Rp 60 ribu. Ada empat tarian dalam sekali pertunjukkan, dimulai dengan Gondang Mula-Mula, Gondang Somba, Gondang Mangaliat dan diakhiri dengan Gondang Sitiotio.

            Dibelakang sigale gale, terdapat 4 buah rumah adat Batak atau yang biasa disebut rumah bolon. Semua terbuat dari kayu, baik tiang kerangka rumah hingga pintu, kecuali bagian atap. Rumah ini biasanya tingginya tidak sampai 2 meter. Dan masuk ke rumah bolon ini harus menaiki tangga yang terletak dibagian tengah dengan jumlah yang ganjil. Lalu berlanjut menuju makam Raja Sidabutar dengan keluarganya. Di makam sang raja yang telah berusia 500 tahun pun terdapat pahatan panglima perang kerajaan Muhammad Said asal Aceh. Sehingga muncul cerita jika sang raja juga menganut agama Islam. Sebelum memasuki komplek makam, pengunjung diwajibkan memakai ulos. Di pulau yang menjadi kabupaten tersendiri sejak 2003 lalu, terdapat pula museum dari sejarah dan budaya di pulau ini. Dan tentunya pasar yang menjual cinderamata pun banyak terdapat di sekitaran area Samosir. Selain bisa melihat dan menikmati kisah-kisah dari masa lalu, kita juga bisa membeli berbagai oleh-oleh dari toko-toko cendera mata di sana. Para pedagang memajang dan menjual berbagai barang kerajinan seperti ulos, ukiran kayu khas tanah Batak seperti sistem penanggalan Batak, tempat obat yang terbuat dari bambu, serta gitar batak.


-BOX INFORMASI-


DANAU TOBA
Objek
-  Objek wisata sejarah di komplek makam Raja Sidabutar
    di Desa Tomok.
-  Wisata arsitektur berupa komplek rumah tradisional
    Batak Toba Samosir.
-      Penangkaran monyet Sibagading
-      Haranggaol (Di lokasi ini dapat dilakukan aktivitas olahraga air, mendaki gunung, renang, sky air, memancing, berperahu, terbang layang atau gantolle dan lain- lain.).
-      Simarjarungjung (Melihat matahari terbit tepat diatas permukaan Danau Toba puncak Simarjarungjung).
-      Air Terjun Turunan (Kembar).
-      Tanjung Unta (Kegiatan rekreasi yang dilakukan seperti berkemah, memancing di teluk indahnya).
Agenda Wisata
Pesta Danau Toba (seperti : beragam atrakasi budaya dan hiburan rakyat. Antara lain Pagelaran Budaya & Musik Kradisional, Festival Tari Tradisional , Festival Gondang, Tor-tor, Festival Suling Tradisional, Festival Lawak Daerah, Opera Batak, dan Tao Toba Star. Sedangkan Festival Permainan Rakyat menyajikan antara lain Lomba Marjalekkat, Solu Dakdanak Pardua dua, Parade Kapal Hias Tradisional, serta Margala dan ada juga Kegiatan Olahraga).
Transportasi
-      Kendaraan Pribadi
-      Naik bus dari kota Medan di terminal terpadu Amplas Medan, jurusan Kota Pematang Siantar. Jika ingin langsung menuju kota Parapat, bisa juga naik bus yang jurusan kota Parapat sampai di kota pematang Siantar anda dapat melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Angkutan Kota sejenis mikrolet menuju kota Parapat.
-      Naik kereta Api juga bisa, naiknya dari stasiun Besar Kereta Api Medan dekat Lapangan Merdeka Medan, nanti berhentinya di kota Pematang Siantar.
-      Pesawat terbang mendarat di Bandara Silangit.
-      Menyeberangi danau dengan kapal Fery atau Kapal motor.
Jarak
-      Dari Medan-Parapat atau Medan-Berastagi berjarak lebih kurang 176 km dalam waktu 4 jam.
-      Medan-Danau Toba dalam waktu 6 jam.
-      Bonandolok-Danau Toba + 11 km dalam waktu 45 menit.
Kuliner

Rumah Makan Khas Batak Rindu Hutajulu (Menu makanan  : Ayam panggang, Ayam gulai, Sayur Daun Ubi, Ikan Mas Gulai, Ikan Arsik, Naniura, Deke Laen, Dali atau Bagot Ni Horbo, Kopi, Kopi Susu).

Hotel
Hotel Melati, Hotel Danau Toba International (Jl. Imam Bonjol 17 Medan, SuMut), Hotel Natour Parapat,



                  


             

TUGAS 2# INDONESIA BAGIAN TERKECIL DALAM HIDUP SAYA


Candi Borobudur Warisan Berharga Bagi Bangsa






Nah, sekarang giliran saya yang posting di Blog ini, sesuai dengan UAS yang saya jalani di semester lalu, saya akan mendeskripsikan Candi Borobudur Sedetail - detailnya, Pak Sobirin kalah deh, hehehe. Maaf Pak cuma bercanda. Langsung aja ya...Cekibrot Bro ..!!

Candi Borobudur merupakan candi Budha, terletak di desa Borobudur kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Nama Borobudur merupakan gabungan dari kata Bara dan Budur. Bara dari bahasa Sansekerta berarti kompleks candi atau biara. Sedangkan Budur berasal dari kata Beduhur yang berarti di atas, dengan demikian Borobudur berarti Biara di atas bukit. Sementara menurut sumber lain berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara sumber lainnya mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi. Lingkungan geografis Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan pegunungan Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di antara Sungai Progo dan Elo. Candi Borobudur didirikan di atas bukit yang telah dimodifikasi, dengan ketinggian 265 dpl. 
 
Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat, berukuran 123 x 123 meter. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut. Pembagian vertikal secara filosofis meliputi tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu. Pembagian vertikal secara teknis meliputi bagian bawah, tengah, dan atas. Terdapat tangga naik di keempat penjuru utama dengan pintu masuk utama sebelah timur dengan ber-pradaksina. Batu-batu Candi Borobudur berasal dari sungai di sekitar Borobudur dengan volume seluruhnya sekitar 55.000 meter persegi (kira-kira 2.000.000 potong batu)
·         Kamadhatu, bagian dasar Borobudur, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu.
·         Rupadhatu, empat tingkat di atasnya, melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka.
·         Arupadhatu, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang. Melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk.
·         Arupa, bagian paling atas yang melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.
Setiap tingkatan memiliki relief-relief yang akan terbaca secara runtut berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, bermacam-macam isi ceritanya, antara lain ada relief-relief tentang wiracarita Ramayana, ada pula relief-relief cerita jātaka. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).

Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Seorang budhis asal India bernama Atisha, pada abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini. Berkat mengunjungi Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan Sriwijaya), Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara Vikramasila dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam naskah dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut “The Lamp for the Path to Enlightenment” atau yang lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.

Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikelilingii rawa kemudian terpendam karena letusan Merapi. Hal tersebut berdasarkan prasasti Kalkutta bertuliskan ‘Amawa’ berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi, kemungkinan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi. Desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo terdapat aktivitas warga membuat kerajinan. Selain itu, puncak watu Kendil merupakan tempat ideal untuk memandang panorama Borobudur dari atas. Gempa 27 Mei 2006 lalu tidak berdampak sama sekali pada Borobudur sehingga bangunan candi tersebut masih dapat dikunjungi.

Relief
Disamping maknanya sebagai lambang alam semesta dengan pembagian vertikal secara filosofis meliputi Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu, Candi Borobudur mengandung maksud yang amat mulia, maksud ini diamanatkan melalui relief-relief ceritanya. Candi Borobudur mempunyai 1.460 panil relief cerita yang tersusun dalam 11 deretan mengitari bangunan candi dan relief dekoratif berupa relief hias sejumlah 1.212 panil. Relief cerita pada tingkat Kamadhatu (kaki candi) mewakili dunia manusia menggambarkan perilaku manusia yang masih terikat oleh nafsu duniawi. Hal ini terlihat pada dinding kaki candi yang asli terpahatkan 160 panil relief Karmawibhangga yang menggambarkan hukum sebab akibat. Tingkat Rupadhatu (badan candi) mewakili dunia antara, menggambarkan perilaku manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi, akan tetapi masih terikat oleh suatu pengertian dunia nyata. Pada tingkatan ini dipahatkan 1.300 panil yang terdiri dari relief Lalitavistara, Jataka, Avadana, dan Gandawyuha. Berikut uraian singkat dari relief tersebut:
1. Tingkat I
- dinding atas relief Lalitavistara : 120 panilRelief ini menggambarkan riwayat hidup Sang Buddha Gautama dimulai pada saat para dewa di surga Tushita mengabulkan ermohonan Bodhisattva untuk turun ke dunia menjelma menjadi manusia bernama Buddha Gautama. Ratu Maya sebelum hamil bermimpi menerima kehadiran gajah putih dirahimnya. Di Taman Lumbini Ratu Maya melahirkan puteranya dan diberi nama pangeran Sidharta. Pada waktu lahir Sidharta sudah dapat berjalan, dan pada tujuh langkah pertamanya tumbuh bunga teratai. Setelah melahirkan Ratu Maya meninggal, dan Sidharta diasuh oleh bibinya Gautami. Setelah dewasa Sidharta kawin dengan Yasodhara yang disebut dengan dewi Gopa. Dalam suatu perjalanan Sidharta mengalami empat perjumpaan yaitu bertemu dengan pengemis tua yang buta, orang sakit, orang mati membuat Sidharta menjadi gelisah, karena orang dapat menjadi tua, menderita, sakit dan mati. Akhirnya Sidharta bertemu dengan seorang pendeta, wajah pendeta itu damai, umur tua, sakit, dan mati tidak menjadi ancaman bagi seorang pendeta. Oleh karena menurut ramalan Sidharta akan menjadi pendeta, maka ayahnya mendirikan istana yang megah untuk Sidaharta. Setelah mengalami empat perjumpaan tersebut Sidharta tidak tenteram tinggal di istana, akhirnya diam-diam meninggalkan istana. Sidharta memutuskan enjadi pendeta dengan memotong rambutnya. Pakaian istana ditinggalkan dan memakai pakaian budak yang sudah meninggal, dan bersatu dengan orang-orang miskin. Sebelum melakukan samadi Sidharta mensucikan diri di sungai Nairanjana. Sidharta senang ketika seorang tukang rumput mempersembahkan tempat duduk dari rumput usang. Di bawah pohon Bodhi pada waktu bulan purnama di bulan Waisak, Sidharta menerima pencerahan sejati, sejak itu Sidharta menjadi Buddha di kota Benares.
- dinding bawah relief Manohara dan Avadana : 120 panilCerita Manohara menggambarkan cerita udanakumaravada yaitu kisah perkawinan pangeran Sudana dengan bidadari Manohara. Karena berjasa menyelamatkan seekor naga, seorang pemburu bernama Halaka mendapat hadiah laso dari orang tua naga. Pada suatu hari Halaka melihat bidadari mandi di kolam, dengan lasonya berhasil menjerat salah seorang bidadari tercantik bernama Manohara. Oleh karena Halaka tidak sepadan dengan Manohara, maka Manohara dipersembahkan kepada pangeran Sudana, meskipun ayah Sudana tidak setuju. Banyaknya rintangan tidak dapat menghalangi pernikahan pangeran Sudana dengan Manohara. Cerita Awadana mengisahkan penjelmaan kembali orang-orang suci, diantaranya kisah kesetiaan raja Sipi terhadap makhluk yang lemah. Seekor burung kecil minta tolong raja Sipi agar tidak dimangsa burung elang. Sebaliknya burung elang minta raja Sipi menukar burung kecil dengan daging raja Sipi. Setelah ditimbang ternyata berat burung kecil dengan raja Sipi sama beratnya, maka raja Sipi bersedia mengorbankan diri dimangsa burung elang. Seorang pemimpin harus berani mengorbankan dirinya untuk rakyat kecil dan semua makhluk hidup. 
- langkan bawah (kisah binatang) relief Jatakamala: 372 panil langkan atas (kisah binatang) relief Jataka:128 panil Relief ini mempunyai arti untaian cerita jataka yang mengisahkan reinkarnasi sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai seorang manusia bernama pangeran Sidharta Gautama. Kisah ini cenderung pada penjelmaan sang Buddha sebagai binatang yang berbudi luhur dengan pengorbanannya. Cerita jataka diantaranya kisah kera dan banteng. Kera yang nakal suka mengganggu banteng, namun banteng diam saja. Dewi hutan menasehati banteng untuk melawan kera, namun banteng menolak mengusir kera karena takut kera akan pergi dari hutan dan mengganggu kedamaian binatang-binatang lain. Akhirnya dewi hutan bersujud kepada banteng karena sikap banteng didalam menjaga keserasian dan kedamaian di hutan. Kisah jataka lainnya adalah pengorbanan seekor gajah yang mempersembahkan dirinya untuk dimakan oleh para pengungsi yang kelaparan. 
2. Tingkat II
- dinding relief Gandawyuha : 128 panil
- langkan relief Jataka/Avadana : 100 panil Relief ini mungkin melanjutkan kehidupan Sang Buddha di masa lalu. Beberapa adegan dikenal kembali antara lain terdapat pada sudut barat laut, yaitu Bodhisattva menjelma sebagai burung merak dan tertangkap, akhirnya memberikan ajarannya.
3. Tingkat III
dinding relief Gandawyuha : 88 panil
Relief ini menggambarkan riwayat Bodhisattva Maitreya sebagai calon Budha yang akan datang, merupakan kelanjutan dari cerita di tingkat II.

Arca
- Tokoh yang diarcakan: Dhyani Buddha, Manusi Buddha, dan Boddhisatva.
- Jumlah arca : 504 buah
Rincian letak arca :
- Pada tingkat Rupadhatu terdapat 432 arca, ukuran semakin ke atas semakin kecil dan diletakkan pada relung, dengan rincian: Teras I : 104 arca Teras II : 104 arca Teras III : 88 arca Teras IV : 72 arca Teras V : 64 arca
- Pada tingkat Arupadhatu terdapat 72 arca dengan ukuran sama dan diletakkan di dalam stupa, dengan rincian:Teras VI : 32 arca Teras VII : 24 arca Teras VIII : 16 arca
- Pada tingkat Rupadhatu ini terdapat 432 arca Dyani Buddha diletakkan di dalam relung di segala penjuru arah mata angin yaitu: Arca Dhyani Buddha Aksobya letak di sisi Timur dengan sikap tangan Bhumisparsamudra, Arca Dhyani Buddha Ratnasambhawa letak sisi Selatan dengan sikap tangan Waramudra, Arca Dhyani Buddha Amoghasidha letak di sisi Utara dengan sikap tangan Abhayamudra, Arca Dhyani Buddha Wairocana di pagar langkan tingkat V dengan sikap Witarkamudra
- Di dalam stupa teras I, II, dan III terdapat arca Dhyani Buddha Vajrasattva dengan sikap tangan Dharmacakramudra
- Arca singa : 32 buahMenurut agama Buddha singa adalah kendaraan sang Buddha pada waktu naik ke surga, simbol kekuatan pengusir pengaruh jahat untuk menjaga kesucian Candi Borobudur.
Stupa
Jumlah stupa 73 buah dengan rincian 1 buah stupa induk, 32 stupa pada teras melingkar I, 24 stupa pada teras melingkar II, dan 16 stupa pada teras melingkar III.
Bentuk stupa :
- Stupa induk berongga, tanpa lubang terawang
- Stupa pada teras melingkar berlubang terawang:Lubang belah ketupat pada stupa teras melingkar I dan II Lubang segi empat pada stupa teras melingkar III
- Arti simbolis lubang terawang belah ketupat: Berkaitan dengan filosofi menuju ke tingkat kesempurnaan – Arti simbolis lubang terawang segi empat: Berkaitan dengan filosofi lebih sederhana atau ?sempurna? daripada bentuk belah ketupat yang masih tergolong raya.
Sejarah Candi Borobudur
Sekitar tiga ratus tahun lampau, tempat candi ini berada masih berupa hutan belukar yang oleh penduduk sekitarnya disebut Redi Borobudur. Untuk pertama kalinya, nama Borobudur diketahui dari naskah Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi, disebutkan tentang biara di Budur. Kemudian pada Naskah Babad Tanah Jawi (1709-1710) ada berita tentang Mas Dana, seorang pemberontak terhadap Raja Paku Buwono I, yang tertangkap di Redi Borobudur dan dijatuhi hukuman mati. Kemudian pada tahun 1758, tercetus berita tentang seorang pangeran dari Yogyakarta, yakni Pangeran Monconagoro, yang berminat melihat arca seorang ksatria yang terkurung dalam sangkar.

Pada tahun 1814, Thomas Stamford Raffles mendapat berita dari bawahannya tentang adanya bukit yang dipenuhi dengan batu-batu berukir. Berdasarkan berita itu Raffles mengutus Cornelius, seorang pengagum seni dan sejarah, untuk membersihkan bukit itu. Setelah dibersihkan selama dua bulan dengan bantuan 200 orang penduduk, bangunan candi semakin jelas dan pemugaran dilanjutkan pada 1825. Pada 1834, Residen Kedu membersihkan candi lagi, dan tahun 1842 stupa candi ditinjau untuk penelitian lebih lanjut.

Nama Borobudur
Mengenai nama Borobudur sendiri banyak ahli purbakala yang menafsirkannya, di antaranya Prof. Dr. Poerbotjoroko menerangkan bahwa kata Borobudur berasal dari dua kata Bhoro dan Budur. Bhoro berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti bihara atau asrama, sedangkan kata Budur merujuk pada kata yang berasal dari Bali Beduhur yang berarti di atas. Pendapat ini dikuatkan oleh Prof. Dr. WF. Stutterheim yang berpendapat bahwa Borobudur berarti Bihara di atas sebuah bukit.
Prof. JG. De Casparis mendasarkan pada Prasasti Karang Tengah yang menyebutkan tahun pendirian bangunan ini, yaitu Tahun Sangkala: rasa sagara kstidhara, atau tahun Caka 746 (824 Masehi), atau pada masa Wangsa Syailendra yang mengagungkan Dewa Indra. Dalam prasasti didapatlah nama Bhumisambharabhudhara yang berarti tempat pemujaan para nenek moyang bagi arwah-arwah leluhurnya. Bagaimana pergeseran kata itu terjadi menjadi Borobudur? Hal ini terjadi karena faktor pengucapan masyarakat setempat.

Pembangunan Candi Borobudur
Candi Borobudur dibuat pada masa Wangsa Syailendra yang Buddhis di bawah kepemimpinan Raja Samarotthungga. Arsitektur yang menciptakan candi, berdasarkan tuturan masyarakat bernama Gunadharma. Pembangunan candi itu selesai pada tahun 847 M. Menurut prasasti Kulrak (784M) pembuatan candi ini dibantu oleh seorang guru dari Ghandadwipa (Bengalore) bernama Kumaragacya yang sangat dihormati, dan seorang pangeran dari Kashmir bernama Visvawarman sebagai penasihat yang ahli dalam ajaran Buddis Tantra Vajrayana.Pembangunan candi ini dimulai pada masa Maha Raja Dananjaya yang bergelar Sri Sanggramadananjaya, dilanjutkan oleh putranya, Samarotthungga, dan oleh cucu perempuannya, Dyah Ayu Pramodhawardhani.
Sebelum dipugar, Candi Borobudur hanya berupa reruntuhan seperti halnya artefak-artefak candi yang baru ditemukan. Pemugaran selanjutnya oleh Cornelius pada masa Raffles maupun Residen Hatmann, setelah itu periode selanjutnya dilakukan pada 1907-1911 oleh Theodorus van Erp yang membangun kembali susunan bentuk candi dari reruntuhan karena dimakan zaman sampai kepada bentuk sekarang. Van Erp sebetulnya seorang ahli teknik bangunan Genie Militer dengan pangkat letnan satu, tetapi kemudian tertarik untuk meneliti dan mempelajari seluk-beluk Candi Borobudur, mulai falsafahnya sampai kepada ajaran-ajaran yang dikandungnya. Untuk itu dia mencoba melakukan studi banding selama beberapa tahun di India. Ia juga pergi ke Sri Langka untuk melihat susunan bangunan puncak stupa Sanchi di Kandy, sampai akhirnya van Erp menemukan bentuk Candi Borobudur. Sedangkan mengenai landasan falsafah dan agamanya ditemukan oleh Stutterheim dan NJ. Krom, yakni tentang ajaran Buddha Dharma dengan aliran Mahayana-Yogacara dan ada kecenderungan pula bercampur dengan aliran Tantrayana-Vajrayana.
Penelitian terhadap susunan bangunan candi dan falsafah yang dibawanya tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit, apalagi kalau dihubung-hubungkan dengan bangunan-bangunan candi lainnya yang masih satu rumpun. Seperti halnya antara Candi Borobudur dengan Candi Pawon dan Candi Mendut yang secara geografis berada pada satu jalur.

Monitoring
Candi Borobudur setelah selesai dipugar tidak berarti selesai sudah perawatan terhadap candi tersebut. Tidak ada jaminan kalau Candi Borobudur terbebas dari proses kerusakan dan pelapukan. Oleh karena itu kantor Balai Studi dan Konservasi Borobudur selalu melakukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan. Misalnya monitoring melalui kegiatan observasi pertumbuhan mikroorganisme, observasi stabilitas batu candi, evaluasi struktur candi dan buki, observasi geohydrologi, observasi sistem drainase, analisis mengenai dampak lingkungan, dan lain-lain.

Perlindungan
Usaha perlindungan dilakukan dengan membuat mintakat (zoning) pada situs Candi Borobudur yaitu:
- Zone I Area suci, untuk perlindungan monumen dan lingkungan arkeologis (radius 200 m)
- Zone II Zona taman wisata arkeologi, untuk menyediakan fasilitas taman dan perlindungan lingkungan sejarah (radius 500 m)
- Zone III Zona penggunaan tanah dengan aturan khusus, untuk mengontrol pengembangan daerah di sekitar taman wisata (radius 2 km)
- Zone IV Zona Perlindungan daerah bersejarah, untuk perawatan dan pencegahan kerusakan daerah sejarah (radius 5 km)
- Zone V Zona taman arkeologi nasional, untuk survei arkeologi pada daerah yang luas dan pencegahan kerusakan monumen yang masih terpendam (radius 10 km)
Zona I dan zona II dimiliki oleh pemerintah. Zona I dikelola oleh Balai Studi dan Konservasi Borobudur, zona II dikelola oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. Pada zona II juga tersedia fasilitas turis : parkir mobil, loket tiket, pusat informasi, museum, kios-kios, dan lain-lain. Zona III, IV, dan V dimiliki oleh masyarakat, tetapi pemanfaatannya dikontrol oleh pemerintah daerah.
Materi Candi Borobudur
Candi Borobudur merupakan candi terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat di Kamboja. Luas bangunan Candi Borobudur 15.129 m2 yang tersusun dari 55.000 m3 batu, dari 2 juta potongan batu-batuan. Ukuran batu rata-rata 25 cm X 10 cm X 15 cm. Panjang potongan batu secara keseluruhan 500 km dengan berat keseluruhan batu 1,3 juta ton. Dinding-dinding Candi Borobudur dikelilingi oleh gambar-gambar atau relief yang merupakan satu rangkaian cerita yang terususun dalam 1.460 panel. Panjang panel masing-masing 2 meter. Jika rangkaian relief itu dibentangkan maka kurang lebih panjang relief seluruhnya 3 km. Jumlah tingkat ada sepuluh, tingkat 1-6 berbentuk bujur sangkar, sedangkan tingkat 7-10 berbentuk bundar. Arca yang terdapat di seluruh bangunan candi berjumlah 504 buah. Tinggi candi dari permukaan tanah sampai ujung stupa induk dulunya 42 meter, namun sekarang tinggal 34,5 meter setelah tersambar petir.

Menurut hasil penyelidikan seorang antropolog-etnolog Austria, Robert von Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal tata budaya pada zaman Neolithic dan Megalithic yang berasal dari Vietnam Selatan dan Kamboja. Pada zaman Megalithic itu nenek moyang bangsa Indonesia membuat makam leluhurnya sekaligus tempat pemujaan berupa bangunan piramida bersusun, semakin ke atas semakin kecil. Salah satunya yang ditemukan di Lebak Sibedug Leuwiliang Bogor Jawa Barat. Bangunan serupa juga terdapat di Candi Sukuh di dekat Solo, juga Candi Borobudur. Kalau kita lihat dari kejauhan, Borobudur akan tampak seperti susunan bangunan berundak atau semacam piramida dan sebuah stupa. Berbeda dengan piramida raksasa di Mesir dan Piramida Teotihuacan di Meksiko Candi Borobudur merupakan versi lain bangunan piramida. Piramida Borobudur berupa kepunden berundak yang tidak akan ditemukan di daerah dan negara manapun, termasuk di India. Hal tersebut merupakan salah satu kelebihan Candi Borobudur yang merupakan kekhasan arsitektur Budhis di Indonesia.

Misteri seputar Candi Borobudur
Sampai saat ini ada beberapa hal yang masih menjadi bahan misteri seputar berdirinya Candi Borobudur, misalnya dalam hal susunan batu, cara mengangkut batu dari daerah asal sampai ke tempat tujuan, apakah batu-batu itu sudah dalam ukuran yang dikehendaki atau masih berupa bentuk asli batu gunung, berapa lama proses pemotongan batu-batu itu sampai pada ukuran yang dikehendaki, bagaimana cara menaikan batu-batu itu dari dasar halaman candi sampai ke puncak, alat derek apakah yang dipergunakan?. Gambar relief, apakah batu-batu itu sesudah bergambar lalu dipasang, atau batu dalam keadaan polos baru dipahat untuk digambar. Dan mulai dari bagian mana gambar itu dipahat, dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas? masih banyak lagi misteri yang belum terungkap secara ilmiah, terutama tentang ruang yang ditemukan pada stupa induk candi dan patung Budha, di pusat atau zenith candi dalam stupa terbesar, diduga dulu ada sebuah patung penggambaran Adibuddha yang tidak sempurna yang hingga kini masih menjadi misteri.

BOX INFORMATION

Objek Wisata
     -         Pemandangan Gunung
     -         Pemandangan Hutan yang alami
     -         Sunset
     -         Sunrise
     -         Sendratari Mahakarya Borobudur
Agenda Wisata  
     -         Trisuci Waisak
Transportasi  
     -         Mobil Pribadi
     -         Mobil Sewaan
     -         Angkutan Umum
     -         Transportasi Tradisional
Jarak 
     -         Rute Jakarta menuju Yogyakarta via Semarang : Jakarta-Cikampek (via tol) = 73 km, Cikampek-Sukamandi-Ciasem-Pamanukan = 46 km, Pamanukan-patrol-kandanghaur-lohbener = 56 km, Lohbener-Jatibarang-Palimanan (via tol)-Plumbon-Kanci = 74 km, Kanci-Losari = 29 km, Losari-Brebes = 27 km, Brebes-Tegal = 9 km, Tegal-Pemalang = 27 km, Pemalang-Comal-Pekalongan = 31 km, Pekalongan-Batang-Weleri-Kendal = 50 km, Kendal-Kaliwungu-Semarang = 12 km, Semarang-Ungaran-Bawen = 17 km, Bawen-Magelang = 43 km, Magelang-Yogyakarta = 40 km. Total Jarak Tempuh = 534 km
     -         Rute Jakarta menuju Yogyakarta Via Purwokerto : Jakarta-cikampek (via tol) = 73 km, Cikampek-Sukamandi-Ciasem-Pamanukan = 46 km, Pamanukan-patrol-kandanghaur-lohbener = 56 km, Lohbener-Jatibarang-Palimanan (via tol)-Plumbon-Kanci = 74 km, Kanci-Losari = 29 km, Losari-Brebes = 27 km, Brebes-Tegal = 9 km, Tegal-Slawi-Bumi Ayu = 40 km, Bumi Ayu-Ajibarang-Purwokerto = 37 km, Purwokerto-Sokaraja-Banyumas-Buntu = 25 km, Buntu-Gombong-Kebumen-Kutoardjo-Purworejo = 89 km, Purworejo-Wates-Yogyakarta = 72 km, Total Jarak Tempuh = 577 km.
Kuliner
     -         Segala Macam makanan ada di halaman depan/Parkiran Candi Borobudur
Hotel 
     -         POERI DEVATA RESORT HOTEL
     -         Hotel Manohara