Darah Jawa
Namaku erwin begitu teman-temanku biasa memanggilku dan nama lengkapku adalah Erwin Huseini. Aku adalah anak ke-3 dari 4 besaudara. Aku dilahirkan diJakarta begitu pula kedua kakakku yang lahir disana kecuali adiku yang lahir didepok. Aku dan kakakku atau lebih tepatnya saudara kembarku lahir pada bulan juni tahun 1988. meskipun dibilang kembar kami sangatlah berbeda baik secara fisik, sifat maupun karakter, teman-teman dan saudaraku pun berkata hal yang sama dan akupun menyadarinya. Sedangkan kakak pertamaku umurnya hanya berbeda 2 tahun diatasku.
Namaku erwin begitu teman-temanku biasa memanggilku dan nama lengkapku adalah Erwin Huseini. Aku adalah anak ke-3 dari 4 besaudara. Aku dilahirkan di
Kedua orangtuaku adalah keturunan jawa, ibuku bernama Ainul Macmudah dan ayahku bernama Suratman keduanya berasal dari jawa tengah, meski begitu ayahku besar dijakarta. Ayah dan ibuku menikah pada tahun 1985. dan ayahku memutuskan untuk tinggal di Jakarta dan membawa ibuku untuk tinggal disana.
Hanya berselang waktu satu tahun ayah dan ibuku melahirkan anak pertamanya. Lalu dua tahun kemudian lahirlah aku dan saudara kembarku. Waktu itu aku masih tinggal bersama kakek dan nenekku di Jakarta .
Pada waktu itu saat aku berumur 4 tahun ketika itu beliau memutuskan untuk pindah rumah. kami pindah ke depok disana aku banyak memiliki teman baru. Rumah baru dan lingkungan baru, dan aku lebih menikmati tinggal di depok dari pada dirumahku yang lama, alasannya di depok lebih terasa nyaman dibandingkan dengan rumah lamaku yang padat dan kumuh. Pada tahun 1993 aku kakakku telah memulai bersekolah yaitu hari pertama dimana kami masuk TK. Meskipun bisa dibilang kembar hubungan aku dan kakakku tidak terlalu dekat dan terkadang aku benci sekali dengan sifatnya yang jahil itu. Terlebih lagi banyak temanku bilang kalau kakakku lebih ganteng ketimbang aku. Walaupun memang kenyataannya seperti itu dan akupun menyadarinya.
Tahun 1994 aku dan kakakku memulai bersekolah yaitu hari yang sangat penting hari pertama masuk SD. Aku sangat senang karena selain hari pertama bersekolah juga karena kakak pertamaku yang bersekolah disekolah yang sama sehingga kami sering bertemu. Tahun 1997 ibuku melahirkan anak ke-4 adik bungsuku dan semuanya laki-laki. Waktu itu sepulang dari sekolah ketika aku masih SMP aku tidak melihat ibu dirumah dan tetanggaku bilang ibuku telah melahirkan, dengan berlari aku pergi menuju bidan tempat ibuku melahirkan kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dan masih di dalam perumahan. Ibuku yang berharap mempunyai anak perempuan ternyata diberi oleh tuhan anak laki-laki jadilah kami berempat kakak dan adik yang semuanya laki-laki aku sedikit kasihan bila teringat ibuku yang menginginkan anak perempuan.
Pada tahun 2000 aku memulai masa SMP tidak seperti waktu SD aku dan kembaranku bersama-sama satu sekolah. Kali ini kami bersekolah disekolah yang berbeda hingga SMA dan Kuliah sampai saat ini.
pada waktu aku memulai kuliah aku memutuskan untuk kuliah di Jakarta sedangkan Kedua kakakku kuliah di depok. Di Jakarta aku tinggal bersama paman dan bibiku.
Sedangkan kedua kakakku tinggal bersama kedua orang tuaku di depok.
Meskipun kedua orang tuaku berasal dari jawa dan keturunan jawa aku jarang sekali mendengar mereka berbicara dengan bahasa jawa kecuali dengan kerabat atau keluarga dekat maupun jauh, aku sering tertawa kalau mendengar mereka berbicara dengan bahasa jawa terlebih lagi jika marah terdengar sangat lucu. Bukan karena apa-apa, karena aku tidak mengerti sama sekali yang mereka bicarakan. Bahkan ketika nenekku menasihatiku aku hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala karena tidak mengerti apa yang diucapkan. Ayahku adalah pribadi yang baik, lembut, sabar dan juga ikhlas begitu juga ibuku walaupun agak sedikit cerewet tapi aku mengerti bahwa mereka sangat sayang pada anak-anaknya mereka juga memberiku dasar agama dan tak henti-hentinya mengingatkan aku agar rajin beribadah. Sampai saat inipun aku merasa sangat beruntung telah memiliki mereka.
Saat liburan tiba aku juga terkadang pulang kekampung halaman bersama keluargaku, biasanya pada waktu lebaran saja walaupun tidak setiap lebaran pulang kampung. kampung ibuku berada di Jawa Tengah tepatnya di daerah Mirit. Pertama kali mendengarnya saja sudah terasa aneh ditelingaku, di kampung ibuku jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya cukup berjauhan selain itu disana juga masih banyak terdapat pohon-pohon besar, pekarangan yang luas dan juga pemandangan berhektar-hektar sawah. Setiap pulang ke kampung salah satu tujuanku yaitu bisa pergi kepantai karena lokasi antara rumah nenekku dan pantainya tidak terlalu jauh cukup dengan bersepeda saja. Pantainya juga sepi dan masih sangat bersih karena pantai selatan bisa dibilang berbahaya. Jadi aku hanya diperbolehkan main ditepian pantai saja dan memang ada larangan untuk berenang. Setiap kali aku pergi kepantai aku tidak diperbolehkan pergi sendirian kesana. Karena pantai tersebut cukup angker kata nenekku banyak terjadi korban setiap tahunnya dan korbannya itu kebanyakan para pendatang. Nenekku bilang itu sebagai tumbal dari ratu Nyi Roro Kidul ratu pantai selatan. dan memang ternyata ombaknya sangat besar dan mengerikan. pantas saja siapapun yang terseret ombak kemungkinan besar bisa terseret ombak sampai ketengah laut.
Selain itu aku juga sering pergi ke kampung ayahku nama kampungnya adalah Susuk terletak di jawa tengah juga.. Masyarakat disana sebagian besar menganut islam kejawen. Seperti acara 7, 40 atau 100 hari orang meninggal dunia biasanya mereka mengadakan yasinan dan mengundang warga sekitar. Dan pihak keluarga yang ditinggalkan biasanya memberikan sesaji berupa makanan, minuman juga rokok sesuai kesukaannya yang diperuntukan untuk arwah orang yang meninggal tersebut kata mereka jika tidak diberi sesaji arwah tersebut bisa marah dan mendatangkan bahaya.
Mereka juga percaya kepada sesuatu yang aneh baik benda hidup ataupun mati contohnya pohon besar yang diberi sesaji, atau benda-benda sebagai jimat. Mungkin yang dimaksud islam kejawen adalah agama islam yang bercampur dengan agama lain seperti hindu dan budha antara islam dan kejawen seolah tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kejawen bisa jadi merupakan suatu sampul atau kulit luar dari beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa, semasa zaman Hinduisme dan Budhisme. Dalam perkembangannya, penyebaran islam di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu, bahkan terkadang melibatkan aspek kejawen sebagai jalur penyeranta yang baik bagi penyebarannya. Walisongo memiliki andil besar dalam penyebaran islam di Tanah Jawa. Unsur-unsur dalam islam berusaha ditanamkan dalam budaya-budaya jawa semacam pertunjukan wayang kulit, dendangan lagu-lagu jawa , ular-ular ( putuah yang berupa filsafat), cerita-cerita kuno, hingga upacara-upacara tradisi yang dikembangkan,khususnya di Kerjaan Mataram.
Tidak banyak hal yang kutahu tentang kebudayaan jawa mungkin karena aku lama tinggal di Jakarta tapi aku sedikit lebih mengenal darah jawaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar