“Kawasan Kota Tua”
Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan Indonesia dengan penduduk lebih dari 237.556 juta jiwa menurut senus tahun 2010, merupakan kota megapolitan yang akhir-akhir tahun belakangan ini mulai dikembangkan untuk menjadi daerah tujuan wisata. Jakarta memiliki sarana dan prasarana yang lengkap dari yang sederhana hingga modern. Losmen-losmen murah sampai hotel berbintang yang mewah. Pusat-pusat perbelanjaan kaki lima hingga plaza megah dan nyaman. Aneka tempat hiburan seperti diskotek, klab malam, bar, restoran internasional sampai warung tenda, sungguh segalanya merupakan daya pikat tersendiri.
Awal sejarah Kota Tua Jakarta dimulai dari sebuah kampung kecil bernama Jayakarta yang terletak di pinggir Kali Ciliwung. Kampung ini kemudian berkembang menjadi sebuah kota dagang besar sejak Jan Pieterszoon Coen, salah seorang petinggi VOC, mendirikan Batavia sekitar abad 17. Salah satu sisa kejayaan Batavia adalah bangunan Museum Sejarah Jakarta atau lebih dikenal sebagai Museum Fatahilah. Dalam sejarahnya bangunan ini merupakan gedung Stadhuis atau pusat pemerintahan VOC yang dibangun pada tahun 1707. Dalam peta lama Batavia , Stadhuis ini terletak di selatan stadhuisplein (lapangan Balaikota). Di timur berbatasan dengan Tijgersgracht atau terusan macan yang kini dikenal sebagai Jalan Lada dan Jalan Pos Kota (depan Gedung Imigrasi, Museum Seni Rupa dan Keramik serta Gedung BNI 46) . Di bagian barat berbatasan dengan De Binnen Nieuw Poortstraat, sekarang Jalan Pintu Besar Utara.
Sebagai pusat pemerintahan kala itu, di sekitar kawasan Stadhuis banyak berdiri gedung-gedung lain, dari mulai tempat ibadah hingga perkantoran. Bangunan-bangunan tua itu sampai sekarang masih berdiri meskipun beberapa diantaranya mulai rapuh digerus zaman. Untuk menyelamatkan bangunan kuno bernilai historis dan seni arsitektur tinggi yang tersebar di kawasan Kota Tua, Gubernur Ali Sadikin (1966-1977) mencanangkan program Revitalisasi Kota Tua, Guna melestarikan sekaligus menumbuhkan semangat kecintaan dan sense of belonging terhadap bangunan bersejarah tersebut. Saat ini tercatat ada 284 bangunan bersejarah di sekitar kawasan Kota Tua.
Di dalam museum ini juga terdapat “Patung Hermes” anak dari “Dewa Zeus”, yang merupakan dewa utusan dan perdagangan dalam mitologi Yunani, diberikan kepada Indonesia sebagai hadiah. Patung ini kalo tidak salah menggambarkan kemakmuran dan keadilan, patung ini dari asal negaranya tanpa menggunakan pakaian atau bugil, namun karena Indonesia Negara timur yang mayoritas memeluk agama islam maka bagian kemaluannya ditutup dengan seperti daun gitu dech. Duplikat patung hermes ini juga diletakan di perempataan Harmoni menghadap barat yaa.
Didalam Museum Jakarta ini juga ada penjara bawah tanah yang disebut dengan penjara bunkuk, karena penjara itu hanya setinggi 1 meter dan para narapidanya masuk dengan membungkuk. Dalam penjara itu terdapat sampai 20 narapidana dan semua narapidana buang air kecil ataupun besar didalam penjara itu, makannya para tahanan meninggal mengenaskan karena munkin baunya, tidak mandi dan kotor. Ada juga penjara khusus tahanan wanita yang jika musim penghujan maka penjara itu akan rembes air dan airnya tergenang sampai semata kaki hingga sekarang penjara itu masih tergenang air.
Ada satu koleksi yang menarik dan juga misteri lagi didalam museum ini selain Meriam Jagur yaitu “Sebuah Pedang”, yang dahulunya digunakan untuk menghukum dengan cara memenggal ataupun membelah, contohnya ada disebuah lukisan dilantai 2, yang mengkisahkan wanita yang hamil tanpa seorang ayah jika bayi itu lahir dan tidaj ada yang mau ngaku siapa pelaku yang menghamilkan wanita tersebut maka bayi yang baru lahir itu akan dibelah menjadi dua bagian. Menurut informasi yang saya dapat sampai sekarang pedang itu masih asli dari dulu hingga kini dan konon katanya pedang itu mempunyai kekuatan ghoib serta ada mahluk halus yang menjaganya. Dan beberapa waktu yang lampau dibawah pedang ini pernah dijadikan tempat acara sebuah acara televisi swasta di Indonesia yakni “Uji Nyali”.
Di kawasan antara Museum Fatahillah/ Jakarta , Museum Wayang atupun Museum Taman Prasasti di halaman depan ini terdapat peyewaan Sepeda Ontel, untuk mengelilingi kawasan kota tua, potret keliling dan masih banyak lagi penjual yang berjualan. Untuk lebih jelasnya mari anda-anda datang ke kawasan kota tua ini pasti tidak akan meyeselan bila mengunjungi temapat ini.
Disini juga terdapat Taman stasiun kereta Beos, karena letaknya persis didepan Stasiun Kota makannya orang-orang situ member nama Taman Stasiun Beos. Ditengah-tengah taman tersebut terdapat Tugu jam dan saat ini taman ini digunakan sebagai tempat peyeberangan atau pemberentihan untuk halte Trans Jakarta Koridor I, karena ada terowongannya. Di sebelah barat dari stasiun ini terdapat museum Bank Mandiri sebagai bank-bank yang tergabung, utaranya terdapat Musem Bank Indonesia . Museum Bank Indonesia menampilkan berbagai informasai tentang sejarah Bank Indonesia , museum ini juga meliputi koleksi “numismatic” serta “non numismatic”. Dekat taman ini juga terdapat bangunan-bangunan yang sebagian besar bergaya cina. Sekarang bangunan itu tinggal dikit yang msaih menunjukan cirri bangunan cina, salah satunya yang dikenal dengan “rumah penyimpanan abu jenazah”.
Pecinaan Glodok
Glodok masih merupakan kawasan Kota Tua yang berada di paling Utara di Jakarta Barat. Glodok terkenal dengan pemukiman orang-orang cina makannya dapat julukan kawasan “pecinaan”, dulunya daerah glodok tidak masuk wilayah Batavia karena berada diluar tembok kota, namun karena ada pengembangan daerah kota, glodok menjadi bagain kota yang paling depan oaring belanda bilang “ Voorstad”. Di kawasan glodok kita masih dapat junpai bagunan rumah yang berfunsi sebagi toko juga dengan gaya arsitektur yang menghubungkan antara kepercayaan hari keberuntungan dan mitologi. Disana terdapat Klenteng-Klenteng Tua, diantaranya ialah;
Jin De Yuan
Klenteng yang kini digunakan untuk jualan obat tradisioanal cina dan tradisi kehidupan masih seperti leluhurnya. Klenteng ini dikenal dengan nama Vihara Dharma Bakti atau Kim Tek Le, klentenntenh ini memilikiarti “klenteng kebajikan emas”. ini merupakan klenteng tertua yang ada di Jakarta Barat, tepatnya Jalan Kemenangan 3. Selain itu ada juga Petak Sembilan, merupakan perkampungan yang banyak dihuni oleh warga keturunan Tionghoa. Kebanyakan warga yang tinggal disini adalah para pedagang yang berjualan di Glodok dan Piangsia.
Kawasan Kota Tua | |
Objek | Sepeda Ontel, Sejarah Bank-bank Indonesia, Koleksi benda peninggalan VOC, Arca-arca, Kesenian wayang, alat buat Gerabah, pertunjukan kuda lumping, Ondel-ondel, tempat peribadatan Tionghoa, dsb. |
Agenda Wisata | Jakarta Night Trail, wisata malam, wisata sejarah, pertunjukan seni History Of Jakarta, tarian Barongsai khusus daerah Glodok, dsb. |
Transportasi | Untuk daerah Jabodetabek menggunakan, kereta api turun di Stasiun Kota, Trans Jakarta jurusan Blok M – Kota koridor I, Mikrolet M-12 dari terminal senen, M-08 dari tanah Abang, Bus Patas AC 79 dari Rambutan dan bisa juga menggunakan kendaraan pribadi atupun Carter ( sewa). Untuk daerah selain Jabodetabek, bisa menggunakan pesawat terbang dari bandara asalnya turun di Bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang, Banten. Kapal laut turun di Pelabuhan Tj.Priok, Kereta Api turun di Stasiun |
Jarak | Jabodetabek jarak tempuhnya 1-3 jam. Luar Jabodetabek jarak tempuhnya tergantung wisatanya ingin menggunakan apa dan asalnya darimana. Cth: pulau jawa jarak tempuhnya menggunakan kereta 1-2 hari. |
Kuliner | Makanan Khas Jakarta, Restoran see food, kfc, Resto Makan Tradisional, dsb. |
Hotel / Penginapan | Hotel Jayakarta, dan ada banyak hotel berbintang lainnya dengan di tempuh kurang dari 1 jam, di kawasan Jakarta Pusat. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar