Jumat, 17 September 2010

TUGAS 1 # AUTOBIOGRAFI

Dilahirkan Jawa - Sunda, besar di Bekasi


Lahir dengan nama Adinda Iftitah Laras, dan sering dipanggil Dinda oleh teman – teman saya sekarang, sedangkan panggilan kesayangan di keluarga adalah Ike. Adinda mempunyai arti tersendiri bagi bapak saya, karena nama Adinda di ambil dari seorang peyiar radio RRI (Radio Republik Indonesia) yang sangat bapak saya sukai, Iftitah mempunyai arti pembukaan yang serasi, karena saya anak kedua yang dilahirkan secara normal beda dengan kakak dan adik saya yang caesar, dan Laras beararti hidup yang serasi. Bayi perempuan mungil yang sampai sekarang masih dibilang ada keturunan cina ini lahir di RS Bersalin Bunda, Menteng, Jakarta Pusat pada tanggal 24 September 1991 jam 06.00 tepatnya hari Selasa Kliwon menurut perhitungan kalender jawa. 

      Saya tumbuh di dua lingkungan daerah yang berbeda. Saat saya bayi sampai menginjak umur 1 tahun, keluarga saya masih menetap di rumah nenek di daerah Bendungan Jago, Kemayoran, Jakarta Pusat. Keadaan daerah ini dahulu ramai apalagi setelah dibangunnya PRJ (Pekan Raya Jakarta) yang dahulunya adalah Bandara Int. Kemayoran. Perekonomian Indonesia juga sangat stabil, masyarakat juga makmur. Namun di belakang itu semua utang Indonesia sangat banyak.
 
      Menginjak umur 1 tahun sampai sekarang, saya pindah ke Bekasi dan sekarang saya tetap menetap di Bekasi. Kota kecil di sebelah timur Jakarta, bertempat di Jl. Kenangan No.9 Rt 01/18, Jakasampurna. Tepatnya di daerah Kranji, Kp.dua. Keadaan lingkungan saat saya kecil masih sangat sepi, terlihat dari hanya beberapa rumah yang ada di lingkungan saya, masih banyak lahan – lahan yang kosong untuk bermain, beda dengan sekarang yang sudah padat penduduknya. Bekasi merupakan salah satu bagian dari suku betawi, karena suku betawi itu sendiri tersebar di JADETABEK (jakarta, depok, tangerang, bekasi). Sehingga masih banyak kita jumpai masyarakat Kota Bekasi yang masih melestarikan dan mampu menguasai budaya dan bahasa betawi. Bahasa dan budaya Bekasi sendiri merupakan percampuran suku betawi dengan kaum pendatang, sehingga bahasa Bekasi bisa disebut dengan bahasa betawi campuran.

      Tahun 1994, saya mulai memasuki awal jenjang pendidikan yaitu TK (Taman Kanak - kanak) bernama TK. Pertiwi selama 2 tahun (1 Tahun TK. Kecil dan 1 Tahun TK. Besar). Menginjak umur 6 tahun kurang 2 bulan saya memasuki SD Jakasampurna I yang sekarang berubah namanya menjadi SD Jakasampurna III. Belajar dilingkungan yang guru – gurunya banyak menggunakan bahasa sunda dan saya pelajari sebagai Mulok (Muatan Lokal) di sekolah, membuat saya sedikit mengerti, namun tidak pandai berbicara bahasa sunda.
Perekonomian Indonesia saat saya SD sudah mulai carut – marut karena utang luar negeri yang semakin bertambah, terbukti pada saat pemilu tahun 1997 dimana partai golkar menang dan Soeharto terpilih menjadi Presiden yang keenam kalinya dengan wakil BJ. Habibie yang sebenarnya terpilihnya kembali Soeharto menjadi presiden tidak diinginkan oleh sebagian rakyat Indonesia. Mulailah muncul gerakan refomasi yang diprakarsai oleh Amin Raiz yang didukung oleh para mahasiswa untuk menurunkan Soeharto. Terjadilah kerusuhan di hampir kota – kota besar di Indonesia khususnya di Jakarta dan sekitarnya, peristiwa itu terjadi pada Mei 1998. Dan saat itu juga BJ. Habibie manjadi presiden sementara sebelum dilakukan pemilu untuk memilih presiden, sayang sekali pada saat kepemimpinan BJ. Habibie provinsi Timor Timur lepas dari Indonesia. Tahun 1999, pemilu diadakan kembali, dan terpilihnya Abdurahman Wahid menjadi presiden dan Megawati menjadi wakilnya. Kepempinan Gusdur hanya bertahan kurang lebih 3 tahun dan Mega naik menjadi presiden.
 
      Tahun 2003, setelah saya lulus dari Sekolah Dasar, saya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, namun sayangnya sekolah SMP saya berada di Jakarta, karena pada saat itu saya mencoba untuk ujian di Jakarta dan ternyata dapat. SMP Negeri 135 Jakarta Timur. Berada dilingkungan yang berbeda membuat saya asing, apalagi ada salah satu pelajaran PKLJ yang mempelajari tentang kebudayaan dan lingkungan Jakarta. Namun karena sifat saya yang mudah sekali peka terhadap lingkungan, membuat saya cepat untuk bergaul dengan teman – teman saya yang sejak kecil sudah tinggal di Jakarta. Maupun saya dibesarkan bukan dengan kebudayaan asli kakek nenek saya, kakek nenek dari bapak asli orang Kutoarjo (Jawa) dan nenek kakek dari ibu asli Majalengka (Sunda). Tetapi kedua orangtua saya, lahir dan besar di Jakarta. Namun secara perilaku ada beberapa mencirikan dua kebudayaan asli dari kekek nenek saya. Jawa yang sangat kental dengan keramah tamahannya dan murah senyum, namun sifat orang jawa yang tidak menghendaki kita untuk berkata jujur, namun pada akhirnya sifat basa-basi, mendem dan sebagainya itu bermuara pada satu maksud bahwa kita tidak harus berkata jujur jika hal tersebut sekiranya menyakitkan bagi yang lain. Namun tidak dengan saya yang ‘blak-blakan’ kalo berbicara, telah menjadi salah satu ciri khas saya, hampir sama seperti orang betawi yang 'cablak' bila berbicara. Mungkin sifat ini saya dapat karna berada lama dilingkungan orang Betawi.
   
      Tahun 2006, remaja yang beranjak dewasa ini menduduki SMA 103 Jakarta Timur, salah satu SMA favorit di Jakarta. Kesenian Jakarta, lenong adalah teater tradisional Betawi. Kesenian tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan alat-alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrekan, serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyang, dan sukong. Lakon atau skenario lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela pernah saya mainkan dalam sebuah acara sekolah. Lama belajar teater di sekolah saya pun di ajak bermain sebuah grup teater yang cukup terkenal dan mempunyai jam terbang yang tinggi dan kadang di undang bermain di luar negeri yaitu bernama Teater Keliling, pimpinan Rudolf. Indonesia pada saat saya SMA sedang mengalami banyak bencana alam dimana - mana, dari tsunami di Aceh, Yogya (Bantul), meletusnya gunung Merapi yang mengakibatkan abu tebal yang sering disebut wedus gembel. Indonesia juga masih dihantui oleh para terorisme yang selama ini sudah menewaskan banyak orang tak bersalah, namun ada yang sangat membahagiakan turunnya BBM dimasa pemerintahan SBY - JK.

      Setelah saya lulus SMA, saya melanjutkan pendidikan ke Universitas Negeri Jakarta dengan mengambil Prodi Pariwisata melalui jalur PENMABA. Prodi yang tidak orangtua saya harapkan, namun menjadi sebuah jalan kehidupan yang sangat cerah bagi saya. Pariwisata sebagai salah satu ladang uang terbesar di dunia yang tidak akan mati,  belum lagi peluang kerjanya sangat banyak, jika kita mau melesatrikan yang sudah ada dan membangun yang belum tertata dengan baik. Apalagi jika kita melihat Indonesia yang kaya akan alamnya ini, dapat kita gali obyek - obyek yang belum terjamah oleh tangan manusia namun mempunyai keindahan alam yang menawan. Kita juga harus menjaga bumi ini, agar pemanasan global juga tidak melenyapkan bumi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar