Sabtu, 18 September 2010

TUGAS 1 # AUTOBIOGRAFI

                                                  Kental dengan budaya Bugis dari sejak lahir

Anda mungkin belum pernah mendengar nama ini sebelumnya, ya saya bernama Roni Gustiani Saputra seorang mahasiswa yang biasa dipanggil Onie oleh teman-teman terdekat saya. Saya lahir di kota Pontianak tepatnya di provinsi Kalimantan Barat pada 06 Agustus 1990. Saya anak pertama dari pasangan Samarun dan Rohani. Kedua orang tua saya berasal dari daerah yang sama yaitu Pontianak.
                                                     
                                                           Roni Gustiani Saputra

Saya lahir di kota Pontianak sampai saya berumur 3thn dan kemudian saya dan keluarga besar saya mencoba keberuntungan mengadu nasib didaerah Ibu Kota Jakarta. Setibanya di Ibu Kota saya mulai tumbuh dilingkungan yang berbeda. Yah saya dibesarkan dilingkungan budaya betawi tetapi dikeluarga tetap budaya bugis yang sudah melekat dari sejak lahir ini tetap terjaga dan tak pernah berubah. Saya tinggal di daerah Cempaka Putih hingga sekarang. 
Pada masa saya balita tepatnya tahun 1990 keadaan Indonesia yang saat itu sedang mengalami krisis moneter sampai tahun 1996 Asia mulai menarik hampir setengah dari aliran modal negara berkembang. Pada saat itu negara kita sangat bergantung kepada dollar yang naik nilainya pada tahun 1990-an.

Pada tahun 1996-2002 saya bersekolah di SDN 13 pagi dicempaka baru. sejak saat itulah saya mulai mengenal bangku pendidikan yang membuat saya mulai berfikir bahwa saya adalah generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan program pembangunan negara kita yang sedang terpuruk pada saat saya bersekolah dasar. Krisis moneter yang terjadi dan kerusuhan yang terjadi itu disebabkan karena pada saat itu negara indonesia mengalami penurunan dari bidang ekonomi yang membuat semua hal di Indonesia serba mahal sehingga membuat banyaknya terjadi kericuhan di Ibu Kota yang tak pernah saya lihat sebelumnya. Pada saat itu pula Presiden kita Soeharto dipaksa mundur oleh rakyat Indonesia karena telah dianggap gagal dan membuat Indonesia terpuruk dengan hutang-hutangnya.
Setelah saya lulus dari sekolah dasar saya melanjutkan sekolah saya ke salah satu sekolah menengah pertama dijakarta pusat. Di bangku SMP saya mengalami perubahan yang hidup,pemikiran serta pergaulan yang berbeda tentunya disekolah dasar. Saya mempelajari pelajaran yang jauh lebih sulit tapi menyenangkan buat saya karena disaat itu adalah saat saya mulai menginjak masa remaja saya. Dan dengan hobi saya bermain badminton sejak saya kecil membuat orang tua saya memasukan saya ke salah satu club Bulutangkis dijakarta yaitu Jaya Raya Ragunan, orang tua saya terlalu berobsesi menjadikan saya atlit Bulutangkis. 

Dan setelah lulus dari SMP saya memutuskan untuk menunda 1thn untuk melanjutkan kesekolah menengah atas atau SMA. Saya tinggal disebuah asrama Bulutangkis selama 1thn dengan berbagai prestasi yang membuat orang tua saya bangga, tapi itu tidak bertahan lama karena semakin menambahnya umur prestasi saya pun tidak kunjung meningkat karena persaingan diantara atlit muda Bulutangkis sangatlah ketat sehingga saya memutuskan untuk berhenti dan melanjutkan sekolah saya. 

Setelah saya berada dibangku SMA saat itu paradigma saya berubah derastis dan harus menjadi seorang laki-laki yang mempunyai tanggung jawab dan memulai keseriusan menatap masa depan. Dengan keadaan Indonesia pada saat itu yang sedang sibuk-sibuknya pemilu. 

Derita Warga Miskin
Kalau pejabat dinegeri ini disibukkan dengan sakitnya mantan penguasa orde baru dan sanksi hukumnya, maka  masyakarat menengah kebawah juga tak kalah sibuknya.

Sibuk mengurusi dapur mereka, apakah masih bisa mengebul atau tidak. Masyarakat menengah ke bawah yang punya penghasilan Rp 122.000,- perbulan dan dikateorikan masyarakat miskin menurut Badan Pusat Statistik (BPS) sedang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ditengah lonjakan harga kebutuhan pokok yang kian melambung tingi.

Himpitan ekonomi semakin menyesakkan hari-hari mereka. Harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi  membuat mereka berjuang mati-matian untuk mempertahankan hidup.

Apatis dan akhirnya bunuh diri, akibat dari kenaikan sembako. Dari pemberitaan  di salah satu stasiun televisi menginformasikan aksi bunuh diri yang dilakukan seorang pedagang gorengan  bernama Slamet. Ia mati dengan menggantung diri karena  tidak sanggup lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mata pencaharian sebagai pedagang ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan merugi. Tak tau harus berbuat apa, maka Slamet nekad untuk  mengakhiri hidup dengan menggantung  diri. Belum lagi krisis  minyak tanah yang  langka dipasaran membuat rakyat miskin  semakin terpuruk.

Mencari makanan pengganti memang dapat dilakukan dengan beralih ke lauk tempe  dan tahu. Namun kini hal itu tidak bisa dilakukan lagi karena harga tempe dan tahu naik seiring dengan melonjaknya harga kedelai dipasaran.

Harga kedelai yang melonjak tinggi berimbas pada naiknya  harga tempe dan tahu yang digunakan sebagai  penganti lauk ikan, ayam, telur maupun daging sapi oleh masyarakat miskin.

Kini mereka sudah tidak sanggup lagi membeli tahu dan tempe tersebut, bahkan beberapa pengusaha tempe sudah gulung tikar karena tidak sanggup membeli kedelai dengan harga tinggi.

Apa mau dikata, “tiada rotan akar pun jadi”. Untuk pengganti beras sebagian masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur seperti di Kabupaten Banyumas dan Pacitan  beralih ke nasi aking dan nasi oyek sebagai  yang harganya lebih murah yaitu  Rp 3000,- sampai Rp 4.000,- , dan ini jauh lebih terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah.

Sementara untuk lauknya mereka menacari belalang untuk dimakan. Binatang ini sebelumnya dianggap sebagai perusak lahan pertanian, ternyata kini memiliki manfaat sebagai pengganti lauk tahu dan tempe yang  harganya tak terjangkau lagi.
Itu sekelumit beban sebahagian masyarakat Indonesia dari perekonomian.

Belum lagi bencana yang datang terus menerus selama beberapa tahun belakangan ini. Masih lekat dalam ingatan kita bagaimana banjir di ibukota Jakarta hampir menenggelamkan sebagian besar ibukota Jakarta. Kini banjir itu menenggelamkan beberapa wilayah di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sungai Bengawan Solo yang sudah tidak mampu lagi menampung air hujan karena pendangkalan menyebabkan airnya masuk ke pemukiman warga. Tentunya ini menimbulkan korban yang tidak sedikit baik materi maupun jiwa.

Pasca banjir dan musim penghujan, penyakit pun datang. Demam berdarah yang setiap tahunnya merenggut korban jiwa, diawal tahun 2008 ini pun masih tetap menjadi momok yang menakutkan bagi warga. Jepara, Padang adalah sederatan wilayah dengan  jumlah pasien demam berdarah yang meningkat dari tahun 2007 kemarin.

Inilah sekelumit permasalah yang tengah terjadi dinegeri ini. Kondisi bangsa Indonesia di awal tahun 2008. Apakah tahun 2008 ini menjadi tahun lebih baik dari tahun 2007 dengan  kondisi Indonesia yang masih carut marut di awal tahun. Dan saya sebagai salah satu penerus bangsa nantinya sangat memikirkan keadaan negara kita yang memang sedang butuh perubahan.

Lulus dari SMA saya mencoba masuk perguruan tinggi yang saya kehendaki yaitu STAN. Berbagai tes masuk perguruan tinggi telah saya lakukan sehingga pada akhirnya saya diterima di salah satu Universitas di Jakarta, ya saya diterima dengan jalur PENMABA di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang dulu bernama IKIP Jakarta. Saya diterima disalah satu jurusan Sejarah-Pariwisata. Sebagai salah satu calon insan pariwisata saya berharap dapt memajukan sektor pariwisata di Indonesia dengan memanfaatkan sebuah anugrah dari ALLAH SWT yaitu kekayaan akan pulau-pulau yang indah di Indonesia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar