“Keragaman Memperkaya Ilmu dan Menimbulkan Sifat Toleransi”
Nama saya Cynthia Yunita Wawondatu. Anak ketiga dari tiga bersaudara. Saya mempunyai 2 kakak perempuan. Saya terlahir pada jam 6 sore tanggal 20 Juni 1991 di R.S Bersalin Panti Nugraha, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kedua orang tua saya memili latar belakan budaya yang berbeda. Papa saya Henky Syamsudin Wawondatu keturunan Manado-Palembang. Sedangkan Mama saya Endang Graheny keturunan Jawa Tengah namun lahir dan besar di Sumatra Selatan, disebabkan alm.kakek saya yang pekerjaanya sebagai kepala stasiun kereta api selalu berpindah-pindah wilayah tugas dan sekarang menetap di Bandar Lampung. Setelah saya lahir, keluarga saya yang awalnya tinggal di Jl. Bangka 8, Mampang Jak Sel kemudian memilih pindah ke perumahan Pondok Hijau Permai, Bekasi Timur. Walaupun terlahir sebagai anak bungsu, saya bukanlah anak manja. Mungkin karena saya telah terbiasa ditinggal mama dan papa untuk bekerja. Setiap mereka bekerja saya yang saat itu masih balita hanya di rawat oleh pembantu.
Sedari saya kecil, orang tua saya telah menanamkan nilai-nilai budaya dan sopan santun kepada saya. Seperti harus hormat kepada orang yang lebih tua, mencium tangan orang tua setiap ingin pergi keluar rumah, saling menyayangi sesama saudara, bila makan mulut tidak boleh mengecap,dll. Masalah kuliner, kedua orang tua saya juga sering memasakan masakan dari daerahnya masing-masing. Papah saya sering memasakan saya menu-menu dari Sulawesi Utara seperti ayam rica-rica, ikan woku belanga, dan bubur menado. Sedangkan mama saya yang terbiasa makan-makanan dari sumatra selatan juga sering memasak makanan khas nya seperti pindang ikan, serta sambal tempoya. Saya senang bisa merasakan berbagai macam jenis masakan dar bermacam daerah di Indonesia.
Menginjak Umur tiga setengah tahun, saya mulai tidak sabar untuk masuk sekolah. Saya selalu iri bila melihat kedua kakak perempuan saya pergi kesekolah. Melihat hal itu, mama berjanji akan memasukkan saya ke TK asalkan tangan saya sudah bisa sampai menyentuh telinga bila dilingkarkan di atas kepala. Tentu saja saat itu saya belum bisa melakukannya.
Tahun 1996, saat saya sudah berumur empat tahun mama menepati janjinya. Beliau membawa saya mendaftar di TK Cut Mutia, Pondok Hijau Permai. Dan sejak saat itulah saya menjadi murid TK Cut Mutia kelas O (nol) kecil. Masa-masa TK, saya lewati selama 2 tahun sampai tahun 1997 kelas 0 (nol) besar. Saat TK yang saya tau hanya bermain. Sampai-sampai saya rela datang paling pertama kesekolah hanya untuk bermain ayunan sampai puas..hehe. Dan tidak seperti teman-teman lainnya yang setiap sekolah selalu di antar dan ditunggui oleh mama nya, saya malahan tidak suka dan merasa risih bila mama dtg kesekolah setiap hari Sabtu saat mama libur kerja. Mungkin karena saya sudah terbiasa sendiri saat mama bekerja. Saya lebih memilih hanya diantar dan dijemput saja.
Setelah lulus TK, saya melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar (SD) di Mandalahayu, Bekasi dari tahun 1997 – 2003. Masa-masa SD, saya lewati dengan riang gembira. Saya mengisi hari-hari saya dengan belajar, bermain permainan anak-anak tradisional seperti lompat karet, congklak, petak umpet, demprak, galaksin, benteng dll. Di sekolah saya juga mengikuti berbagai kegiatan ekstrakulikuler seperti angklung dan menari. Bhkan saya dan teman-teman saya juga sering tampil mewakili sekolah untuk lomba menari. Tarian yang sering saya tampilkan adalah tari-tarian tradisional seperti Kicir-kicir (Betawi), Jaipong (JaBar), Ayam den Lapeh dan Dingding pa dingding (SumBar).
Ditahun 1998 saya juga melewati kejadian bersejarah bagi Indonesia yaitu berakhirnya masa Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto, lalu digantikan Masa Reformasi yang mulai dipimpin oleh Presiden Habibie. Saat itu saya masih kelas 2 SD. Saat itu keadaan Indonesia sangatlah mencekam. Kerusuhan dan penjarahan terjadi dimana-mana dan semakin mengerikan. Yang menjadi sasaran saat itu adalah kaum Tionghoa. Akibat dari kerusuhan dan penjarahan tersebut, keadaan ekonomi Indonesia terpuruk. Indonesia mengalami krisis swasta yang gulung tikar, melonjaknya angka pengangguran. Saya masih ingat sekali saat kerusuhan itu setiap pagar rumah di pasang sajadah. Untuk menandakan pemilik rmh tersebut seorang muslim dan bukan sasaran kerusuhan. Saat itu lingkungan rmh saya jg mencekam, ada berita bahwa kerusuhan sudah semakin mendekat ke lingkungan rumah saya.sehingga kluarga saya dan para tetangga terpaksa mengungsi di mesjid dekat rumah. Kerusuhan tersebut dikenal dengan Nama Kerusuhan Mei 98.
Menginjak tahun 2003-2006 saya menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saya bersekolah di SMP Yayasan Abdi Karya 8 (YADIKA 8) Bekasi. Sekolah saya ini kental dengan unsur suku Batak Sumatra Utara. Mulai dari pemilik, guru-guru, sampai murid-murid nya. Oleh sebab itu banyak sekali teman saya yang keturunan Sumatra Utara. Saat itu saya juga diajarkan lagu-lagu tradisional Sumut yaitu Madekdek Magambiri, Sinanggar Tulo, dan Butet. Di SMP inilah saya menemukan sahabat”. Kami melewati masa 3 tahun dengan sangat menyenangkan. Mlakukan hal-hal yang “nakal” seperti memanjat tembok sekolah untuk bolos, senang mencoret-coret tembok, melabrak adik kelas. Sampai-sampai masuk ruang BP adalah hal yang biasa. (hehe..yang ini jangan ditiru yah) . Walaupun begitu, saya tetap aktif sebagai anggota OSIS lhooo..hihi :D
Oiya..saat saya kls 1 SMP Bekasi dihebohkan dengan beredarnya isu mistis tentang KOLOR IJO. Cerita ini cepat beredar dan mnimbulkan keresahan di masyarakat khususnya para wanita. Sebab katanya kolor ijo ini tidak kelihatan dan sering memperkosa wanita unuk menambah ilmu hitamnya. Untuk menghalau dtg nya kolor ijo, masyarakat banyak yang memasang bambu kuning di depan rumahnya. Saat kelas 2 SMP, saya ikut kursus Master Of Ceremony atau MC. Dari kursus itu saya mendapatkan banyak sekali ilmu. Saya ditanamkan sifat percaya diri, sehingga saya berani untuk tampil di depan banyak orang. Tidak sia-sia karna saya lulus sebagai murid terbaik. SMA adalah masa remaja yang sangat menyenagkan buat saya.
Masa SMA saya dilewatkan selama tiga tahun. Dimulai dari tahun 2006-2009. Saya diterima sebagai murid di SMA Negeri 9 Bekasi. Akhirnya keinginan saya untuk dapat sekolah di SMA negeri tercapai. Walaupun SMAN 9 bukan pilihan utama saya. Di masa SMA saya tidak mengulang kebiasaan jelek saat SMP. Di SMA saya memilih program IPS. Knp? Karena jujur aja nih ya..saya lemah di bidang hitung menghitung. Otaknya enggak sampe..hehe tapi selain itu saya merasa ilmu IPS adalah bidang yang tepat untuk saya,karena ilmu-ilmu IPS adalah ilmu yang secara global. Ilmu yang akan terus berkembang menurut masa nya. Ilmu yang lebih membaur dengan kehidupan sosial. Oleh karena itu tidak heran bila disekolah saya murid-murid IPS lebih seru, heboh, dan solid daripada murid IPA.
Di SMA saya menemukan cita-cita saya sebagai guru sosiologi. Ilmu yang mempelajari tentang kehidupan dan keragaman serta konflik-konflik yang terjadi di tengah masyarakat. Cita-cita saya juga ingin berkuliah di universitas negeri. Oleh karena itu saat pendaftaran universitas negeri sudah dibuka,saya mengikuti berbagai cara tes seleksi unversitas. Saat itu saya mengikuti tes seleksi SMUP UNPAD, PENMABA UNJ, PMDK UPI Bandung. Melalui SMUP UNPAD saya diterima di jurusan Kesejahteraan Sosial di kampus UNPAD Jatinangor. Banyak yang menyesalkan tindakan saya menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Itu karena saya msh berharap dapat diterima di jurusan pendidikan sosiologi UNJ. Ternyata harapan saya tidak terwujud, saya gagal masuk di jurusan tersebut. Hal itu sangat membuat saya sedih dan berkecil hati. Ternyata saya diterima di pilihan kedua saya yaitu program studi D3 Pariwisata. Awalnya saya tidak tertarik masuk pariwisata. Apalagi saat itu saya mendapat program beasiswa + PMDK dari Universitas Gunadharma jurusan psikologi. Kedua pilihan ini membuat saya sangat bingung. Setelah saya pikirkan baik-baik, akhirnya saya memilih untuk mengambil pilihan di program studi D3 Usaha Jasa Pariwisata UNJ.
Jadilah mulai tahun 2009 sampai sekarang saya telah memasuki tahun kedua saya berkuliah di prodi ini. Ternyata keputusan saya memilih prodi ini tidak salah. Banyak sekali ilmu luar biasa yang saya terima dari para dosen. Beliau-beliau membukakan mata saya terhadap dunia pariwisata Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan. Lahan hijau bagi mereka yang bisa jeli melihat peluang. Sampai saat ini pun saya senang berada di kelas bersama ke dua puluh tiga teman-teman yang saling mendukung satu sama lain.
Sedikit membahas tentang keadaan Indonesia saat ini, lagi-lagi terjadi masalah antara pemerintahan Indonesia dengan pemerintahan negara Malaysia. Sudah banyak sekali kerugian yang diterima Indonesia akibat perlakuan Malaysia. Malaysia semakin merajalela merebut kebudayaan yang dimiliki Indonesia seperti Reog Ponorogo, alat musik Angklung, dan lagu Rasa sayange. Dibutuhkan Ketegasan dari Pemerintah Indonesia untuk menindak segala perlakuan dai Malaysia. Jangan sampai kita kehilangan jati diri bangsa Indonesia. Serta peran aktif dari masyarakat Indonesia untuk lebih menjaga serta melestarikan kebudayaan Indonesia bila tidak ingin direbut.
Semoga saja Indonesia bisa lebih maju, khususnya di bidang Pariwisata. Karena dari bidang inilah devisa negara bisa terus bertambah. Semoga program Visit Indonesia Year bisa dilaksanakan secara matang dan kontinue. Semoga kami para mahasiswa D3 Usaha Jasa Pariwisata UNJ angkatan 2009, nantinya bisa menjadi insan-insan pariwisata yang akan menunjukan netapa luar biasanya Indonesia kepada seluruh penjuru dunia. Amien…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar