Sabtu, 25 September 2010

Tugas 1 Autobiografi

Melekatnya Budaya Batak dalam Diri



            Pada hari Jumat tanggal 13 April 1990 pukul 12.00, lahirlah seorang anak perempuan di Rumah Sakit Saint Carolus, Jakarta Pusat. Anak kedua dari 4 bersaudara dari pasangan Marasal Sianturi dengan Linda Dermawati Nurjuwita Siagian ini diberi nama Ingrid Prapti Dominica. Menurut orang tua saya, nama saya memiliki arti yaitu Ingrid yang berarti terlahir, Prapti yang berarti anak perempuan, sedangkan Dominica ialah pada hari Tuhan. Jadi, Ingrid Prapti Dominica ialah anak perempuan yang terlahir pada hari Tuhan. Kenapa demikian ? Karena saat itu saya lahir bertepatan dengan Wafat Isa Almasih. Saya biasa dipanggil INGRID oleh keluarga dan lingkungan saya. Saat saya kecil saya dipanggil Butet oleh saudara saya. Butet (dalam bahasa batak) ialah panggilan untuk anak perempuan yang masih kecil. Namun, sejak SD hingga SMA, saya dipanggil ”Injit” oleh beberapa guru serta beberapa teman saya. Bahkan setiap kali saya bertemu dengan salah satu guru SD saya, beliau selalu menyanyikan lagu injit-injit semut. Hehe. Sejak SD hingga sekarang saya memiliki panggilan kesayangan sendiri oleh teman-teman saya.
            Kedua orang tua saya berasal dari Sumatera Utara. Papa saya dari Tarutung, sedangkan mama saya dari Balige. Papa saya bekerja sebagai karyawan Pos Indonesia, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Mama saya bekerja sebagai seorang Guru SD. Sejak lahir hingga sekarang saya dibesarkan dan dididik dalam budaya Batak. Kedua orang tua saya biasa menggunakan bahasa Batak dirumah. Mama saya sering kali memasak masakan yang merupakan khas dari daerah saya bahkan sejak kecil saya sudah dibawa untuk menyaksikan tari-tarian serta adat istiadat dari daerah Sumatera Utara. Pada Tahun 1990, Indonesia melanjutkan kembali kebijakan deregulasi yang dijalankan sejak tahun 1983. Tepatnya bulan Desember 1990, Indonesia disemarakkan oleh kelahiran ormas baru yaitu Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) di Malang, Jawa Timur dan B.J. Habibie terpilih sebagai ketua umum ICMI. Pada tahun ini pula Indonesia dan Cina menormalisasikan hubungan kedua negara, Presiden Indonesia  melakukan kunjungan ke Cina. Tahun 1991 terjadi peristiwa berdarah di Dili, Timor Timur. Pada tahun 1992, berlangsungnya KTT ASEAN di Singapura.
            Saat saya lahir hingga saya berumur 3 tahun, saya bertempat tinggal di daerah Harapan Mulia, Cempaka Putih. Akan tetapi, sekitar akhir tahun 1993 saya pindah ke daerah Pondok Gede lebih tepatnya JL. Kramat No. 54 RT 004/002, Lubang Buaya, Jakarta Timur hingga sekarang. Lingkungan tempat tinggal saya beraneka ragam budaya serta bahasa. Tidak hanya budaya saya sendiri, bahkan Jawa, Betawi, Sunda, Bima serta Padang. Pada tahun 1993 hingga 1995, peran Indonesia di Tingkat Internasional dinilai semakin menonjol. Hal itu terutama berkaitan dengan peran Presiden Soeharto sebagai ketua GNB. Tahun 1993 ditandai oleh semakin aktifnya Indonesia dalam forum kerja sama ekonomi internasional, yaitu APEC. Tepat pada bulan Juni 1993, pemerintah membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), untuk meningkatkan perlindungan hak asasi manusia. Pada tahun 1995, Indonesia merayakan Ulang Tahun ke-50 Proklamasi Kemerdekaanya. Perayaan tersebut dirasakan sebagai perayaan ulang tahun proklamasi RI terbesar dan melibatkan masyarakat luas.
            Pada tahun 1994 saat saya berumur 4 tahun, saya mulai menginjakkan kaki di bangku TK. Saya bersekolah di TK. Penabur Sang Timur TMII, yaitu TK 0 kecil. Saat di bangku TK saya diajarkan upacara bendera, menulis, membaca, kebersihan, kerapihan dalam mengerjakan tugas serta berpakaian. Saat TK guru saya mengajarkan budaya Indonesia yang beraneka ragam dengan meperlihatkannya dalam sebuah film kebudayaan dan kesenian. Di TK inilah saya mulai mempelajari dunia seni tari serta mempelajari berbagai jenis budaya yang ada di Indonesia. Sejak TK saya mulai masuk sanggar tari di TMII dan mempelajari tari tarian dari Jawa, yaitu Tari Bebek. Bukan hanya Tari Bebek tetapi juga tari Jawa lainnya. Bahkan setiap kali Presiden berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah, saya dan teman-teman saya menari dihadapan Presiden. Pada saat TK saya sering mengikuti lomba-lomba serta mengikuti carnaval pada saat 17 agustus. Saya juga mempelajari tarian dari daerah saya, yaitu Tor-Tor. Saat TK saya sudah melihat berbagai macam pertunjukkan seni di TMII serta dipeerkenalkan nyanyian dari daerah Jawa dan Betawi. Saat saya lulus TK saya sudah diperkenalkan dengan wisuda. Hanya saja saat itu saya belum mengerti apa itu wisuda.
            Tahun 1995 saya mulai duduk dibangku Sekolah Dasar di SD Negeri 14 Pagi, Jak-Pus. Saya bersekolah ditempat mama saya mengajar karena umur saya belum cukup untuk bersekolah di sekolah dasar. Akan tetapi, hal itu tidak berlangsung lama dan hanya berjalan 1 caturwulan saja. Saya memilih berhenti & tidak ingin bersekolah lagi. Tahun 1996, saya kembali bersekolah. Saya bersekolah di SD Santo Markus II, Pondok Gede hingga tahun 2002. Saat kelas 3 SD saya mulai terjun kembali ke dunia seni tari. Saya kembali masuk sanggar tari di TMII. Saya mengikuti Tari Itik Kreasi Bagong Kussudiharjo. Akan tetapi, hal itu hanya berjalan 1 tahun saja. Dikarenakan saya mulai tertarik dengan seni bela diri dari Korea, yaitu Taekwon-Do. Saya juga mulai mempelajari suling. Saat kelas 6 SD saya juga mempelajari Tari Poco-Poco serta menyanyikan lagu daerah yang ada di Indonesia. Pada tahun 1996, terjadi peristiwa pengambil alihan secara paksa kantor PDI di JL. Diponegoro 58, Jak-Pus. Peristiwa tersebut meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah bahkan kendaraan dan beberapa gedung terbakar di Salemba, Kramat. Menjelang Pemilu 1997 berbagai penolakan massa rakyat terhadap perintah para penguasa di Jakarta menjadi kisah yang cukup dominan. Aksi turun ke jalan yang dimotori oleh tokoh PDI dan juga artis Sophan Sophian di Stasiun Gambir, telah membuka kesadaran politik massa untuk bersuara ”lain” terhadap Orde Baru. Pada Pemilu 1997 hadirnya aksi politik menandai kejutan baru bagi pihak-pihak yang sedang berkuasa. Saat itu rakyat sudah mulai tergoyahkan terhadap dominasi rezim penguasa yang bersifat sentralistik dan militeristik. Akibatnya beragam praktik kekerasan -dari dan oleh- kalangan militer menjadi semakin tak tertanggungkan lagi meski mampu ditahan sementara. Bersamaan dengan runtuhnya kekuasaan Orde Baru, peristiwa kekerasan diskriminatif terhadap etnis Tionghoa di Jakarta, Solo dan beberap kota besar lainnya menjadi peristiwa penting di penghujung politik Indonesia. Perisitiwa perusakan, pembakaran mall serta rumah-rumah ibadah (Gereja), dan juga pemerkosaan massal yang menimpa sebagian besar ”WNI-keturunan”, penjarahan, PHK, sulitnya mendapakan beras, Krisi Moneter berkepanjangan terkesan memacetkan dan hampir membuat hancur berantakan gerakan Reformasi 1998. Tahun 1999, Presiden Soeharto lengser. Akan tetapi, di Indonesia masih terjadi kekerasan.
            Setelah saya lulus dari SD, tahun 2002 saya kembali melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi , yaitu jenjang SMP. Saya melanjutkan ke SMP Santo Markus II hingga tahun 2005. Saat SMP ekskul yang saya pilih pertama ialah Taekwon-Do. Karena saya ingin melanjutkan seni bela diri tersebut di LKISIN Taekwon-Do International Taekwon-Do Federation (ITF). Hal tersebut hanya berjalan hingga kelas 2 SMP. Saya juga mengikuti Paduan Suara di sekolah. Saya juga pernah mengikuti Pendidikan & Latihan Ke Palang Merahan yang diselenggarakan oleh PMI. Di SMP saya juga mempelajari alat musik pianika Sejak saya berada di bangku SD serta SMP, lingkungan sekitar sekolah lebih kental dengan budaya jawa karena guru dan teman saya mayoritas Jawa. Bahkan saya pernah diajarkan bahasa jawa oleh salah satu guru saya. Akan tetapi, pergaulan saya identik dengan budaya Batak. Saat SMP kedua orang tua saya sudah mengajak saya untuk menyaksikan tata cara pernikahan adat Batak. Akan tetapi, sejak SMP hingga sekarang saya mencintai tradisi serta keindahan Kota Jogjakarta. Walaupun begitu besar ketertarikan saya akan Jogjakarta, tetapi Kecintaan serta Rasa Bangga saya akan Batak tidak akan hilang. Pada tahun 2001-2005, keadaan Indonesia kembali kacau. Dikarenakan banyak sekali teroris sehingga sering terjadi bom di beberapa daerah seperti Bom Bali 2x terjadi, Pengeboman Kedubes Australia, Bom Palopo, Bom Gereja Santa Anna dan HKBP Jatiwaringin, Bom Plaza Atrium. Saati itu Presiden Abdurahman Wahid juga diminta mundur di tengah masa pemerintahan sehingga Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden RI kelima serta peristiwa jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air Penerbangan 62.
            Pendidikan saya tidak hanya sampai jenjang SMP saja. Akan tetapi, saya kemudian melanjutkan ke jenjang SMA di SMA Negeri 51 Jakarta pada tahun 2005-2008. Di SMA saya mulai mengenal pakaian batik karena pakaian tersebut ialah seragam yang harus saya kenakan setiap hari kamis. Sejak TK hingga SMP saya bersekolah di sekolah swasta sehingga saya tidak pernah berpakaian batik, walaupun saat TK saya pernah diperlihatkan kain batik. Saat SMA saya juga mempelajari bagaimana cara memainkan alat musik angklung. Lingkungan pergaulan saya sejak SD hingga SMA sangat kental dengan Batak mulai dari berbahasa Batak hingga makan makanan khas Batak. Sejak kecil hingga sekarang, lingkungan sosial saya melekat dengan budaya Betawi. Hal ini dikarenakan mayoritas warganya ialah asli Betawi. Mulai dari bahasa, kesenian(Ondel Ondel & Tari Topeng) serta kejadian perebutan tanah, suara dengan nada yang cukup keras saat memanggil orang dari kejauhan, atau bahkan kurangnya sopan santun saat bertamu kerumah orang bahkan Dangdut menjadi salah satu jenis musik yang paling favourit. Hal tersebut menjadi suatu kebiasaan atau budaya di daerah tempat tinggal saya. Peristiwa penting pada tahun 2008 ialah Naik Turunnya BBM, Pemberantasan Korupsi, Eksekusi Mati Amrozi Cs, Krisis Ekonomi Global (di Indonesia mengalami krisis yang ditandai dengan anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar, Bencana Alam, Banjir, Mutilasi Ryan Jombang, Lumpur Lapindo, Ditangkapnya Aulia Pohan serta Wafatnya Presiden ke-2 RI, yaitu Soeharto.
            Tahun 2008 saya lulus SMA. Saya mencoba berbagai macam tes ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri saat itu bahkan PENMABA pun sudah saya coba. Akan tetapi, Tuhan berkehendak lain. Tahun 2008 saya tidak lulus satu pun seleksi masuk PTN. Karena saya hanya ingin masuk Universitas Negeri, maka saya memutuskan untuk tidak kuliah dan mencoba kembali tahun depan. Karena saya tetap berharap bahwa tahun depan saya bisa masuk jurusan Teknik Industri. Selama 1 tahun saya mengikuti bimbingan belajar di tempat les. Pada tahun 2009 ada beberapa perisitiwa penting seperti Ritual Ngeseks Aliran Sesat Satria Piningit Weteng Buwono (Agus memiliki 40 orang pengikut. 12 Pengikut di antaranya anak-anak. Tidak ada kostum yang mencolok dari pengikut aliran ini. Para pengikut aliran ini hanya kompak memakai gelang batu giok warna dan ikat kepala merah putih), Tanggul Situ Gintung Jebol, Krisis Listrik hingga 2009, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2009, Bom Porak Porandakan JW Marriott – Ritz Carlton, Gempa Bumi di Bumi Minang, Kontroversi Film Miyabi, Hari Anti Korupsi (Ada nuansa yang berbeda pada perayaan Hari Antikorupsi se-dunia 2009. Di tahun-tahun sebelumnya, peringatan hari antikorupsi kerap diselingi acara resmi pemerintah, kali ini tidak. Yang merayakan pada 9 Desember 2009 adalah masyarakat luas, di ibukota dengan melakukan demonstrasi damai). Di tahun 2009, saya kembali mencoba semua seleksi masuk PTN dengan pilihan jurusan yaitu Teknik Industri, Teknik Metalurgi serta Design Grafis. Akan tetapi, lagi-lagi saya tidak lulus seleksi. Agustus 2009 saya mencoba kembali untuk mengikuti tes PENMABA dan hasilnya ialah Puji Tuhan saya keterima di Jurusan Sejarah Prodi Pariwisata UNJ.
            Tahun 2010, peristiwa Gayus Tambunan menjadi sorotan berita. Sudah 2 semester saya lewati dan sekarang saya memasuki semester ketiga di UNJ sebagai mahasiswi pariwisata. Banyak hal yang sudah saya pelajari mengenai dunia pariwisata baik dari segi kebudayaan dan kesenian maupun objek-objek wisata yang ada di beberapa wilayah di Indonesia. Karena sebenarnya Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan akan SDA serta kebudayaannya. Daya tarik wisata dari segi kebudayaan & kesenian serta wilayah Indonesia yang strategis, menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan perekonomian Indonesia dalam bidang kepariwisataan. Hanya saja pemerintah serta bangsa Indonesia belum menyadari hal tersebut, sehingga dunia pariwisata belum begitu berkembang. Faktanya Indonesia tidak kalah kaya dari negara-negara asing lainnya. Inilah yang menjadi salah satu motivasi saya menjadi mahasiswi pariwisata. Saya ingin mengembangkan Indonesia dalam dunia pariwisata agar dunia tahu bahwa Indonesia adalah negara yang terkenal akan keindahan alamnya dan keragaman budayanya. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat Indonesia harus saling bekerjasama dalam mengembangkan dunia pariwisata Indonesia serta menjaga dan melestarikan budaya serta alam yang sudah kita miliki dengan baik. Agar apa yang negara kita punya tidak dapat diambil oleh negara lain dan akhirnya diakui oleh negara lain. ^.^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar