Senin, 15 November 2010

Mengungkap Wujud Budaya Generasi Orang tua

Mengungkap Wujud Budaya Generasi Orang tua

Kali ini saya akan membahas tujuh unsur kebudayaan melalui berbagai sistem yaitu:
Sistem Ilmu pengetahuan, teknologi, religi, bahasa, ekonomi, kesenian dan kehidupan sosial. Ketujuh sistem ini akan saya bahas berdasarkan kehidupan masa lalu orang tua saya.yaitu kira-kira pada masa 50 tahun yang lalu. Kedua orang tua saya berasal dari jawa tengah meskipun begitu Ayah saya besar di jakarta. Karena hal tersebut darah jawa yang ada pada dirinya tidak terlihat meskipun begitu ayah saya cukup bisa berbahasa jawa walaupun sedikit, sedangkan ibu saya sejak kecil memang tinggal di kampung dan pindah ke jakarta setelah menikah dengan Ayah saya. Beberapa tahun setelahnya kira-kira waktu saya berumur 4 tahun saya dan keluarga pindah ke daerah Cimanggis Depok dulunya masih kawasan Bogor.
Kebudayaan jawa yang dimiliki orang tua saya tidak pernah diturunkan ke anak-anaknya sehingga saya pun kurang mengenal kebudayaan tersebut mungkin karena sudah bercampur dengan era modernisasi sehingga orang tua saya tidak terpikirkan untuk menurunkannya ke saya.

Sistem Pengetahuan

Pendidikan yang didapat oleh kedua Orang tua saya pada umumnya tidak berbeda dengan saya .yaitu tingkat SD, SMP, SMA sampai Kuliah. Yang berbeda mungkin hanya mata pelajarannya saja. Menurut kedua orang tuaku fasilitas yang didapatkan untuk bersekolah sekarang ini sudah sangat bagus dibandingkan dulu contohnya yaitu pada era orang tua saya dulu. Yaitu pada masa SD dan SMP, hanya pada kalangan orang-orang tertentu saja yang memakai seragam sedangkan untuk kalangan orang-orang yang kurang mampu mereka bersekolah hanya dengan menggunakan baju biasa. Mereka pada umumnya bersekolah tidak memakai sepatu tapi memakai sandal dan banyak pula yang hanya bertelanjang kaki, begitupun alat tulis yang mereka gunakan sangat sederhana. umumnya mereka tidak mempunyai buku untuk menulis, mereka hanya mempunyai selembar kertas yang mereka gunakan berulang ulang sampai kertas tersebut sudah tidak layak pakai. Jika tulisan yang berada dikertas sudah tidak cukup penting bagi mereka maka mereka akan menghapusnya dan menggunakan kertas tersebut kembali. Penghapusnya pun cukup unik hanya menggunakan karet gelang sehingga kertas yang digunakan terlihat nampak kotor, alat tulis yang digunakan umumnya pensil atau arang.

Kedua orang tua saya tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya. Ibu saya hanya bersekolah hanya sampai SMP alasannya cukup jelas yaitu dipengaruhi faktor ekonomi. Sedangkan Ayah saya sempat bersekolah sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu tingkat kuliah meskipun begitu ayah saya tidak menyelesaikan kuliahnya dan sempat bepindah-pindah kampus. .

Sistem Teknologi
Sistem teknologi yang digunakan pada masa itu masih sangat sederhana contohnya saja Alat Komunikasi seperti televisi. televisi pada masa itu masih berwarna hitam putih. Dan hanya kalangan orang-orang tertentu saja yang memilikinya. Menurut cerita ibuku di dalam satu kampung hanya kepala desa saja yang memilikinya, jadi apabila ada yang ingin menonton televisi masyarakat desa umumnya berkumpul di depan halaman rumah kepala desa dan menonton secara beramai-ramai, bahkan karena sangat ramai penonton yang berada paling belakang bisa dibilang hampir sama sekali tidak bisa melihat layar televisi jadi yang mereka nikmati hanya suaranya saja. Selain itu alat komunikasi lain yag digunakan adalah pager yang fungsinya adalah mengirim pesan dengan kosa kata yang terbatas dan sedikit. Pager sangat terkenal sebelum telepon genggam muncul. Hanya orang-orang kaya saja yang memilikinya dan sangat popular terutama di perkotaan sedangkan di desa jarang sekali yang menggunakannya bahkan hamper sama sekali tidak ada.
Teknologi yang lainnya yaitu teknologi transportasi yang biasa digunakan yaitu kereta api, sepeda motor, mobil dan sepeda ontel atau orang kampung biasa menyebutnya sepeda kumbang. Dan tidak semua orang memiliki kendaraan pribadi. Selain itu kendaraan yang dipakai juga masih sangat sederhana.



Sistem Religi
Keluarga kami menganut agama Islam. Terutama dari keluarga ibuku, nuansa islamnya sangat terasa karena ayah dari ibuku adalah seorang Kiayi terpandang dikampungnya orang-orang kampung maupun para santri biasanya setiap hari pergi untuk mengaji di rumah kakekku begitu pula Apabila ada acara keagamaan orang-orang kampung biasanya mengadakannya di rumah kakekku. Berbeda dengan keluarga dari Ayahku mereka beragama islam kejawen yaitu beragama islam tetapi masih terdapat unsur-unsur dari agama hindu contohnya saja kebanyakan dari mereka sangat percaya kepada hal atau benda-benda gaib. Contoh lainnya yaitu setiap ada acara yasinan atau acara pengajia mereka tidak lupa menyajikan berbagai macam sesajen kepada orang yang meninggal dan mereka percaya arwah seseorang yang meninggal akan memakan sesajen yang mereka berikan dan apabila mereka lupa memberikan sesajen tersebut maka mereka percaya bahwa arwah tersebut dapat mendatangkan mala petaka. Tetapi islam kejawen ini hanya diikuti oleh beberapa saudara dari ayahku saja sedangkan Ayahku tidak menganut islam kejawen.

Sistem Bahasa
Walaupun Kedua orang tuaku orang jawa tetapi dalam keseharian mereka hampir tidak pernah menggunakan bahasa jawa mungkin dikarenakan faktor lingkungan yang memaksanya untuk tidak menggunakan bahasa jawa hal ini dikarenakan para tetangga kami umumnya orang jakarta. Mereka hanya menggunakan bahasa jawa apabila mereka hanya berbicara kepada kerabat dekat ,saudara ataupun tetangga yang sama-sama orang jawa. Bahasa jawa yang digunakan pun bahasa jawa standar yaitu bahasa jawa yang umum dipakai. Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa; namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, diantaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Diantara perbatasan kedua dialek tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah tersebut diantaranya adalah Pekalongan dan Kedu.
Sistem Ekonomi

Sistem Perekonomian pada masa orang tuaku dulu bisa dibilang sangat lumayan. kebanyakan orang-orang yang bekerja dikampung orang tuaku dulu hidup sebagai petani walaupun begitu kebutuhan hidup mereka rata-rata terpenuhi. mereka dapat bertahan hidup dari hasil lading mereka. Orang-orang yang hidup dikampung ibuku mereka rata-rata memiliki halaman rumah yang luas selain itu kebanyakan dari mereka juga mempunyai berhektar-hektar sawah. Sedangkan perekonomian ayahku sewaktu kecil juga lumayan bagus, seperti orang betawi kebanyakan orang tua ayahku yang sudah lama tinggal di jakarta memiliki beberapa rumah kontrakan. selain itu mereka juga membuka warung untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Sistem Kesenian

Aku terlahir dari keluarga yang bukan seniman. orang tua dari ibuku adalah seorang Kiyai sedangkan orangtua dari ayahku adalah seorang pedagang. Jadi sedikitpun tidak ada darah seni yang mengalir pada diriku. Akupun tidak terlalu mengenal kesenian jawa yang aku tahu hanya kesenian Wayang, musik keroncong , tari jaipong

Sistem Kehidupan Sosial

Dalam masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Ada beberapa tingkatan dalam masyarakat Jawa yang terbagi menjadi tiga kelompok yaitu : kaum santri, kaum abangan dan kaum priyayi. kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat yaitu orang yang menganut agama islam sesuai dengan ajaran agama islam , kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau penganut Kejawen yaitu menganut agama islam tanpa meninggalkan ajaran agama yang diwariskan oleh leluruhnya dalam arti agama islam yang bercampur dengan agama hindu, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar