Senin, 15 November 2010

TUGAS 3# Mengungkap Ide/Perilaku yang Muncul di Masa Orang Tuaku

Buteeeeeeeeeetttttttt ……! Ini yang biasa saya dengar ketika seseorang memanggil Ibu saya, mungkin karena yang memanggil Ibu orang batak dan Ibu saya pun dari batak, sama – sama Mantan warga Medan dan hijrah ke Jakarta. Mungkin yang saya ceritakan adalah pure tentang perilaku masyarakat disana pada saat masa Ibu saya masih kecil. Cekibroott……
      A.     Bahasa
Ketika saya bertanya tentang ini, dia cuma bilang “ Mama gag terlalu bias bahasa batak, soalnya Nenek kamu jarang ngajarin “ , lalu gimana cara saya menceritakan nya ke blog ini, nah setelah dicerna secara mendalam ternyata bahasa batak, agag terlalu susah,rumit, banyak dan ampun ampun kalo mau perlajarinya. Begini misalnya, nang adong hepeng(entah gmana tulisannya, Cuma yang terdengar ya seperti ini), dan masih banyak lagi bahasa batak yang digunakan dalam percakapan sehari – hari. Tapi belakangan saya lebih tau bahasa batak dengan Mode Kasar contohnya : -----------------(Sensor), hehe. Ternyata pada masa Ibu saya waktu itu, Bahasa Indonesia sudah dipakai dalam bercakap namun tidak terlalu banyak, ya Bahasa Batak lah yang terdengar.
B.      Seni
“ Nah, Kalo kesenian, mama tau apa aja tentang kesenian batak, apa mama pernah melakukan seni itu? “, tanyaku. “ Kamu mau yang mana? Tapi gag semua mama tau “. Seketika kata Tari Tor-tor keluar dari mulut saya, dan Ibu saya menjelaskan bahwa arti dari tarian ini adalah Tari Kegembiraan dimana para penari mengajak penonton untuk ikut serta turun bersama dan bernari. Para penari akan menghampiri penonton dan memberikan kain ulos(kain Khas batak), siapa yang menerimanya harus ikut turun dan bernari bersama mereka. Bahkan ketika Ibu mau menikah dengan Ayah, mereka harus mengikuti adat batak, padahal Ayah orang Bangka. Nah mungkin bakal Saya jelaskan satu – satu perjalanan jika ingin menikah siap siap ya … panjang lho .,, !!

1. Mangarisika..
Adalah kunjungan utusan pria yang tidak resmi ke tempat wanita dalam rangka penjajakan. Jika pintu terbuka untuk mengadakan peminangan maka pihak orang tua pria memberikan tanda mau (tanda holong dan pihak wanita memberi tanda mata). Jenis barang-barang pemberian itu dapat berupa kain, cincin emas, dan lain-lain.
2. Marhori-hori Dinding/marhusip..
Pembicaraan antara kedua belah pihak yang melamar dan yang dilamar, terbatas dalam hubungan kerabat terdekat dan belum diketahui oleh umum.
3. Marhata Sinamot..
Pihak kerabat pria (dalam jumlah yang terbatas) datang oada kerabat wanita untuk melakukan marhata sinamot, membicarakan masalah uang jujur (tuhor).
4. Pudun Sauta..
Pihak kerabat pria tanpa hula-hula mengantarkan wadah sumpit berisi nasi dan lauk pauknya (ternak yang sudah disembelih) yang diterima oleh pihak parboru dan setelah makan bersama dilanjutkan dengan pembagian Jambar Juhut (daging) kepada anggota kerabat, yang terdiri dari :
a. Kerabat marga ibu (hula-hula)
b. Kerabat marga ayah (dongan tubu)
c. Anggota marga menantu (boru)
d. Pengetuai (orang-orang tua)/pariban
e. Diakhir kegiatan Pudun Saut maka pihak keluarga wanita dan pria bersepakat menentukan waktu Martumpol dan Pamasu-masuon.

5. Martumpol (baca : martuppol)
Penanda-tanganan persetujuan pernikahan oleh orang tua kedua belah pihak atas rencana perkawinan anak-anak mereka dihadapan pejabat gereja. Tata cara Partumpolon dilaksanakan oleh pejabat gereja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tindak lanjut Partumpolon adalah pejabat gereja mewartakan rencana pernikahan dari kedua mempelai melalui warta jemaat, yang di HKBP disebut dengan Tingting (baca : tikting). Tingting ini harus dilakukan dua kali hari minggu berturut-turut. Apabila setelah dua kali tingting tidak ada gugatan dari pihak lain baru dapat dilanjutkan dengan pemberkatan nikah (pamasu-masuon).

6. Martonggo Raja atau Maria Raja.
Adalah suatu kegiatan pra pesta/acara yang bersifat seremonial yang mutlak diselenggarakan oleh penyelenggara pesta/acara yang bertujuan untuk :
Mempersiapkan kepentingan pesta/acara yang bersifat teknis dan non teknis
Pemberitahuan pada masyarakat bahwa pada waktu yang telah ditentukan ada pesta/acara pernikahan dan berkenaan dengan itu agar pihak lain tidak mengadakan pesta/acara dalam waktu yang bersamaan.
Memohon izin pada masyarakat sekitar terutama dongan sahuta atau penggunaan fasilitas umum pada pesta yang telah direncanakan.
7. Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan)
Pengesahan pernikahan kedua mempelai menurut tatacara gereja (pemberkatan pernikahan oleh pejabat gereja). Setelah pemberkatan pernikahan selesai maka kedua mempelai sudah sah sebagai suami-istri menurut gereja. Setelah selesai seluruh acara pamasu-masuon, kedua belah pihak yang turut serta dalam acara pamasu-masuon maupun yang tidak pergi menuju tempat kediaman orang tua/kerabat orang tua wanita untuk mengadakan pesta unjuk. Pesta unjuk oleh kerabat pria disebut Pesta Mangalap parumaen (baca : parmaen)
8. Pesta Unjuk
Suatu acara perayaan yang bersifat sukacita atas pernikahan putra dan putri. Ciri pesta sukacita ialah berbagi jambar :
a. Jambar yang dibagi-bagikan untuk kerabat parboru adalah jambar juhut (daging) dan Jambar uang (tuhor ni boru) dibagi menurut peraturan.
b. Jambar yang dibagi-bagikan bagi kerabat paranak adalah dengke (baca : dekke) dan ulos yang dibagi menurut peraturan. Pesta Unjuk ini diakhiri dengan membawa pulang pengantin ke rumah paranak.

9. Mangihut di ampang (dialap jual)
Yaitu mempelai wanita dibawa ke tempat mempelai pria yang dielu-elukan kerabat pria dengan mengiringi jual berisi makanan bertutup ulos yang disediakan oleh pihak kerabat pria.
10. Ditaruhon Jual.
Jika pesta untuk pernikahan itu dilakukan di rumah mempelai pria, maka mempelai wanita dibolehkan pulang ke tempat orang tuanya untuk kemudian diantar lagi oleh para namborunya ke tempat namborunya. Dalam hal ini paranak wajib memberikan upa manaru (upah mengantar), sedang dalam dialap jual upa manaru tidak dikenal.

11. Paranak makan bersama di tempat kediaman si Pria (Daulat ni si Panganon)
a. Setibanya pengantin wanita beserta rombongan di rumah pengantin pria, maka diadakanlah acara makan bersama dengan seluruh undangan yang masih berkenan ikut ke rumah pengantin pria.
b. Makanan yang dimakan adalah makanan yang dibawa oleh pihak parboru
12. Paulak Unea..
a. Setelah satu, tiga, lima atau tujuh hari si wanita tinggal bersama dengan suaminya, maka paranak, minimum pengantin pria bersama istrinya pergi ke rumah mertuanya untuk menyatakan terima kasih atas berjalannya acara pernikahan dengan baik, terutama keadaan baik pengantin wanita pada masa gadisnya (acara ini lebih bersifat aspek hukum berkaitan dengan kesucian si wanita sampai ia masuk di dalam pernikahan).
b. Setelah selesai acara paulak une, paranak kembali ke kampung halamannya/rumahnya dan selanjutnya
memulai hidup baru.
13. Manjahea.
Setelah beberapa lama pengantin pria dan wanita menjalani hidup berumah tangga (kalau pria tersebut bukan anak bungsu), maka ia akan dipajae, yaitu dipisah rumah (tempat tinggal) dan mata pencarian.
14. Maningkir Tangga (baca : manikkir tangga)
Beberapa lama setelah pengantin pria dan wanita berumah tangga terutama setelah berdiri sendiri (rumah dan mata pencariannya telah dipisah dari orang tua si laki-laki) maka datanglah berkunjung parboru kepada paranak dengan maksud maningkir tangga (yang dimaksud dengan tangga disini adalah rumah tangga pengantin baru). Dalam kunjungan ini parboru juga membawa makanan (nasi dan lauk pauk, dengke sitio tio dan dengke simundur-mundur).Dengan selesainya kunjungan maningkir tangga ini maka selesailah rangkaian pernikahan adat na gok.
Panjang kan??, setelah itu saya Tanya ke Ibu, “ apa mama lakuin itu semua?”, “ ya gag lah, waktu itu kan papa mu uang nya pas pas-an jadi gag semua dilakuin .. Wkwkwkwkkwk…

C. Religi (kepercayaan)
“Waktu Mama kecil dulu, mama sudah di ajari tentang agama islam, karena kita memang keluarga islam, tapi ada juga keluarga kita yang Kristen, karena memang awalanya Batak itu banyak yang beragama Kristen, bahkan sampai sekarang juga banyak, tapi nenek mama pernah ngajarin sesuatu ke mama Cuma lupa , kalo gag salah ada beberapa orang batak yang masih percaya dengan Tondi, Sahala,Begu”, karena gag ngerti saya coba cari di internet dan dapat ini :
Tondi adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan. Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
Sahala adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
Begu adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam. Beberapa begu yang ditakuti oleh orang batak, yaitu:
Sombaon, yaitu begu yang bertempat tinggal di pegunungan atau di hutan rimba yang gelap dan mengerikan.
Solobean, yaitu begu yang dianggap penguasa pada tempat tempat tertentu
Silan, yaitu begu dari nenek moyang pendiri huta/kampung dari suatu marga
Begu Ganjang, yaitu begu yang sangat ditakuti, karena dapat membinasakan orang lain menurut perintah pemeliharanya.
D. Ekonomi
“ Kalo soal ekonomi, mama gag terlalu ngerti karena waktu itu, nenek mama sudah berkebun, memiliki perkebunan salak terbesar di medan waktu itu, jadi mama Cuma dikasih duit gitu aja sama nenek mama, Rp 1, Rp 5, Rp 25, itu jenis uang jaman mama dulu, beda sama sekarang, semua makin mahal, makin banyak angka uangnya “, Indonesia pada waktu itu bias dibilang perekonomian nya stabil walaupun ada indikasi korupsi dalam pemerintahan tapi hampir semua warga senang karena segala nya murah dan terjangkau.
E. Sosial
“Kaum batak lah satu satunya perantau terhebat sepanjang masa” dengan bangga Ibu berkata seperti itu, karena sudah dari turun temurun, mereka diajarkan untuk berjuang dalam hidup apapun caranya, berdagang hingga seluruh penjuru, mendapat kesenangan yang banyak dengan menyenangkan orang lain, dan setelah itu kembali menjadi tanah.
F.Ilmu Pengetahuan
Pada jaman Ibu saya dulu, tidak kenal dengan kendaraan pribadi untuk kesekolah, hajar terus dengan kaki, melewati hutan ,menyebrangi sungai, karena lingkungan dirumah masih dikelilingi hutan dan aliran sungai yang bersih. Sistem pendidikan yang baik, dan murah menjadi orang orang banyak yang bersekolah, tapi semakin kesini kenapa jadi mahal, makanya banyak anak anak berceceran di bawah kolong jembatan, sambil meminta minta. “Anehnya jaman sekarang” begitu kata nyokap, hehe.
G. Teknologi
Karena Bapaknya ibu adalah TNI AD, oleh karena itu hanya dialah yang mengikuti perkembangan teknologi di dunia, sepeti kendaraan pribadi, hanya keluarga kita didaerah itu yang memiliki mobil Off Road, seperti yang diketahui orang banyak bahwa hanya kita saja yang memiliki TV yang luar biasa bagusnya pada jaman itu, dengan hanya TVRI sebagai siarannya, warnanya pun hitam putih, mencari sinyal yang tepat jika ingin menyaksikan TVRI, dan jika kalian tau , yang menonton TV ini bukan hanya keluarga kita saja, hampir seluruh warga sekitar menonton TV di rumah Ibuku, bisa kebayang TV yang tidak sebesar Layar tancap mungkin 21 inch, ditonton warga kurang lebih 30-an orang, hahahhahaha…. Itulah teknologi, dan kami juga memiliki telepon, telepon kami adalah walkie talkie pada jaman itu, dan Cuma kami yang punya hehe. “Senangnya jadi Orang Kaya Sebentar, jangan kelamaan, kalo kelamaan bosen” begitu kata Ibuku

Ya mungkin itu saja hasil perbincanggan kami berdua di meja makan, dan setelah itu kami baru sadar kami lagi makan mie, pas mau di makan mie nya sudah mengembang semua yasudahlah nikmati saja , hehe .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar