Rabu, 17 November 2010

Tugas #3 Mengungkap Ide/ Perilaku yang Muncul Dimasa Orang Tuaku


Untuk tugas ketiga ini, saya akan flashback mengenai kehidupan orang tua saya saat beliau masih muda. kali ini yang akan saya bahas adalah kehidupan Mama saya saat masih muda dulu.
Saya mengambil contoh kejadian sekitar tahun 1970 saat Mama saya SMP dan berumur 14 tahun. Tentu system kehidupan saat itu sangat jauh berbeda system kehidupan masa kini. Tentu akan sangat menarik bila kita bisa mengetahui apa yang terjadi sekitar tahun 70-an .
Saat berumur 14 tahun Mama yang keturunan Jawa Tengah dari Kakek dan Mbah saya, tinggal menetap di Bandar Lampung. Selama hidup disana, banyak sekali system” yang terjadi di lingkungannya. Sekarang saya mencoba menuraikan system-sistem tersebut satu per satu. 
  
1.    Sistem Religi
      Mama saya bilang saat itu masyarakat belum terlalu taat pada agama. Masih sangat jarang perempuan memakai jilbab.bahkan guru agama Islam pun tidak memakai jilbab. Dan mengajar menggunakan baju semacam kebaya. Mesjid” juga masih sepi, tidak banyak orang yang menggunakan nya untuk shalat. Hal ini disebabkan masih banyak orang” jawa yang Kejawen. Yaitu kepercayaan terhadap adanya Tuhan, tanpa menjalankan segala perintah dan kewajiban sebagai makhluk NYA. Namun bukan berarti mama meninggalkan shalat, beliau sudah dibiasakan untuk taat beribadah. Sedangkan sekarang, jilbab telah menjadi hal yang biasa dan banyak dipakai oleh kaum wanita di Indonesia. Masjid- Masjid juga telah di pakai sesuai dengan fungsi awalnya, yaitu untuk tempat beribadah dan melakukan segala hal yang mampu mendekatkan diri dengan Allah SWT. Seperti mengaji ataupun syiar-syiar agama oleh para Ustad.

2.    Sistem Ekonomi
Pada masa itu kehidupan ekonomi masih tidak stabil. Saat itu untuk membeli minyak dan beras, masyarakat harus mengantri untuk mendapatkannya. Untung saja saat itu Kakek saya bekerja sebagai pegawai negeri di Perusahaan Kereta Api. Jadi setiap bulannya kebutuhan pokok seperti minyak dan beras telah di berikan dari perusahaan. Saat itu mata pencaharian masyarakat adalah berdagang. Kebanyakan pedagang di lampung adalah berasal dari Jawa dan Sumatra Barat. Barang-barang yang dijual bermacam-macam mulai dari sayuran, pakaian, kain songket, dll. Pada masa itu juga masih menerapkan system barter untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Beras dibarter dengan hasil perkebunan telah menjadi hal yang biasa.  Sedangkan sekarang uang adalah alat pembayaran yang sah untuk memenuhi segala macam kebutuhan. Dengan uang kita bisa membeli apapun yang kita inginkan. Apalagi sekarang semua jenis kebutuhan makin mudah untuk ditemui. Tidak perlu mengantri lagi untuk membeli beras,karena sudah banyak took-toko yang menjual beras mulai dari di pasar sampai ke supermarket. Mulai dari eceran hingga grosir.

  1. Sistem Sosial
      Pada tahun 70-an banyak pendatang dari jawa dan sekitar Sumatra yang tinggal di Lampung. ini menyebabkan kota-kota di Lampung lebih banyak warga pendatang daripada warga asli lampung. warga asli lampung lebih memilih bergeser dan hidup di daerah-daerah pedalaman. system social di jaman mama saya bisa dibilang ada yang positif dan ada pula yang negative. Yang positif nya adalah masyarakat saling mengenal walaupun jarak tempat tinggal mereka berjauhan. Mereka saling tolong menolong bila tetangga sedang mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan. System gotong royong juga masih kental saat ini. Tidak seperti sekarang, masyarakat lebih mementingkan kehidupan pribadinya dibandingkan kepentingan bermasyarakat. Masyarakat sekarang cenderung lebih individualis. Mereka lebih membutuhkan privacy. Rasa peduli kepada tetangga telah berkurang. Bahkan yang lebih parah lagi, banyak orang-orang yang tidak mengenal tetangganya sendiri. Biasanya hal ini terjadi pada orang-orang yang tinggal di apartment. Mereka  sudah terlalu sibuk untuk memikirkan urusan pribadi, dan tidak ada waktu untuk memikirkan urusan orang lain.
Namun bukan berarti jaman dulu tidak pernah terjadi konflik. Kata mama saya, saat itu masih banyak masyarakat yang bertengkar karena hal-hal sepele. Remaja-remaja juga masih sering berantem. Disaat itu pula Ras masih sangat sensitive, salah sedikit saja akan memicu ketegangan antar etnis. Bila hal itu telah terjadi, pasti suasana akan mencekam.
Bahkan mama saya menceritakan hal yang sangat membuat saya kaget. Kata mama, dulu kita tidak boleh mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Termasuk saat terjadi kekerasan dalam rumah tangga orang lain. Sampai-sampai dulu ada seorang istri yang lari terbirit-birit karena suaminya mengejar dia dengan membawa golok. Dulu belum ada perundang-undangan ataupun departemen yang mengurus tentang kekerasan dalam rumah tangga.

  1. Sistem Ilmu pengetahuan
Pada era Mama saya, system pendidikan masihlah saat buruk ketimbang sekarang. Di jaman itu mama saya harus berjalan kaki bila ingin sampai kesekolah. Jarak yang beliau tempung sekitar 3Km. hal itu terjadi karena keterbatasan ekonomi dan akses transportasi dan jalanan yang belum baik. Setiap hari semua itu beliau lakukan tanpa mengeluh.
Dalam system pembelajaran disekolah, juga sudah berbeda dengan sekarang. Dulu belum diajarkan bahasa Inggris. Tidak seperti sekarang yang sejak TK pun sudah diajarkan bahasa Inggris. Dahulu pun guru-guru Yang mengajar sangatlah galak. Bila sudah menghukum muridnya tidak tanggung-tanggung. Hukuman yang diberikan kepada muridnya seperti memukul dengan penggaris kayu yang besar, tangan disundut rokok, jambang rambut ditarik,dicubit hingga dipukul. Sehingga murid-murid merasa takut untuk dating kesekolah. Pada jaman sekarang hal tersebut sudah tidak boleh dilakukan lagi. Bila ada oknum guru yang tetap melakukannya, pasti akan ditindak tegas oleh pihak sekolah. Sekarang lebih diutamakan pendekatan secara personal dan persuasive terhadap murid-murid yang bermasalah.


5.    Sistem Tekhnologi
Pada masa 70-an tekhnologi yang digunakan masih sangat terbatas. Semua dilakukan masih mengandalkan system tradisonal. Televisi belum berwarna, yang muncul hanyalah dua warna, yaitu hitam dan putih. Dan stasiun tivi yang mengudara saat itu hanyalah TVRI. Sedangakan untuk radio hanya ada saluran gelombang RRI. Saat itu hanya beberapa orang saja yang memiliki TV. Saat itu TV dapat dikatakan ikut menentukan status kedudukan social seseorang ditengah masyarakat. Untuk berkomunikasi masih mengandalkan surat melalui kantor pos. dan bila mengirim uang menggunakan jasa layanan wesel. Bila ada berita-berita penting dapat menggunakan telegram. Untuk transportasi masih mengutamakan sepeda. Dan untuk jarak jauh masih menggunakan kereta api.
Namun di jaman sekarang tekhnologi sudah sangatlah maju. Tidak perlu repot-repot mengirim surat. Karena skarang sudah ada SMS dan telepon yang dengan mudah bisa langsung menghubungi orang yang dituju. Melalui handphone saja sekarang sudah bisa berselancar di dunia maya. Dan berkomunikasi tatap muka bisa dilakukan karena fasilitas 3G. tivi juga bukanlah hal yang mewah jaman sekarang. Setiap rumah telah memiliki TV bahkan lebih dari satu. 

6.    Sistem Seni
Seni tradisional masih sangat menonjol kala itu. Walaupun mama saya tinggal di Sumatra, tapi kakek saya tetap mengajarkan dan menunjukan berbagai kesenian Jawa. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak kakek dan mbah tidak kehilangan budaya aslinya. Saat itu bila ada orang jawa yang mengadakan hajatan, dan menampilkan kesenian wayang kulit, pasti kakek saya sangat bersemangat untuk mengajak anak-anaknya termasuk mama untuk menonton kesenian wayang kulit tersebut. Wayang kulit dipertunjukan biasanya mulai pukul Sembilan sampai menjelang subuh. Mama paling senang menonton wayang sekitar pukul 3 pagi saat cerita yang dimainkan oleh tokoh Petruk, Bagong dan Semar. Karena ceritanya sangatlah lucu. Walaupun mengantuk, tetapi mama dan saudara-saudaranya tetap semangat menyaksikan kesenian Jawa itu. Untuk soal musik, yang digunakan saat itu adalah piringan hitam. Lagu-lagu yang didengarkan juga sangatlah beragam mulai dari music Indonesia hingga barat seperti The Beatles. 

7.    Sistem Bahasa
Nah..kalau soal bahasa. Memang mama saya kurang bisa berbahasa Jawa. Tapi beliau mengerti arti bila ada orang berbicara Jawa. Kenapa bisa sampai begitu? Hal itu terjadi karena Kakek saya selalu berbahasa Jawa untuk berbicara kepada anak-anaknya. Tapi mama tidak bisa membalas ucapan Kakek dengan bahsa Jawa yang halus. Bila ingin membalas ucapan dengan ucapan Jawa kasar takut tidak sopan. Karena beliau sedang berbicara dengan orang tuanya. Jadi tiap kakek mengajak mama berbicara Jawa, pasti mama menjawab nya menggunakan bahasa Indonesia. Sedikit-sedikit mama juga menggunakan kata-kata yang digunakan orang-orang Sumatra. Bahkan Tante saya yang di Lampung masih sering susah mengucapkan huruf “R”. karena terbiasa berbicara bahasa Lampung. Orang lampung akan susah sekali mengucapkan “R”.
Itulah ke tujuh system yang terjadi di kehidupan Mama saya sekitar umur 14 tahun. Banyak hal-hal yang sudah berganti dimasa sekarang. Bersyukurlah kita hidup di masa sekarang dengan semua kemudahan yang kita dapat. Tapi bersedihlah kita telah kehilangan berbagai macam kebudayaan dan kesederhanaan jaman dulu. Barang-barang jaman dulu sekarang dinilai antik dan banyak dikoleksi oleh para kolektor seperti piringan hitam, radio dan TV jaman dulu, sepeda ontel dll. Baiknya kita selalu bersyukur dan menjaga apa yang telah kita punya sekarang. =D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar