Ayah saya lahir di medan, 14 desember 1955. bersuku batak dengan marga Tambunan. Ada tujuh sistem kehidupan yang ada demi mengungkap ide dan perilaku pada masa orang tua kita dulu kurang lebih 50 tahun yang lalu.
· SISTEM TEKNOLOGI
Mengenai sistem teknologi yang saya dapat dari ayah saya, pada masa itu kehidupan sangatlah masih tradisonal. Belum ada listrik/penerangan yang setiap hari kita gunakan. Pada masa itu penerangan masih tergantung pada lampu pijar atau yang lebih sering di sebut petromak, Namun sebagian warga ada juga yang menggunakan obor pada masa itu. jadi tidak ada ada barang elektronik yang mereka pakai pada masa itu, namun hanya radio dengan berenergi batu baterai kering yang mereka biasa gunakan.
Untuk telekomunikasi, pada saat itu tidak ada telephone ataupun handphone yang seperti ada pada saat ini. Cara mereka berkomunikasi dengan sesama apabila berjauhan adalah dengan cara menggunakan pos. Untuk bahan bakar memasak pada waktu itu belum ada kompor, karena pada saat itu mayoritas penduduknya menggunakan kayu bakar. Telah banyak contoh perubahan dominan mulai listrik hingga telekomunikasi yang bisa kita lihat dari kehidupan pada era 50 sampai era millenium pada saat ini. Jadi, oleh karena itu sudah sepatutnya kita bersyukur dengan apa yang kita terima pada saat ini.
· SISTEM SOSIAL
Mayoritas kehidupan pada zaman itu masih dapat di katakan kolot. Suku bangsa Batak adalah masyarakat yang beradat dan berbudaya tinggi. Tatanan sosial yang mereka jalani sangatlah baik. Karena di suku batak menganut sistem marga. Marga inilah yang menjembatani kehidupan sosial suku batak. Contoh : apabila seseorang bertemu dengan orang lain namun mereka ternyata memiliki marga yang sama maka, secara adat mereka merupakan saudara atau dengan kata lain sedarah. Itulah yang menjadi nilai tambah yang tidak miliki oleh suku lainnya. Tatanan sosial lain yang dapat menjadi contoh kehidupan sosial pada saat itu.
Pada tahun 50an masyarakat pada waktu itu telah mengadakan sistem perkumpulan setiap bulannya seperti halnya “arisan” untuk mempererat silahturahmi diantara mereka. Namun yang kita lihat pada zaman saat ini tatanan sosial yang ada pada masa lalu sudah mulai pudar. Banyak individu-individu yang hanya mementingkan kehidupan dirinya sendiri, tanpa melihat orang lain. Ini lah yang menjadi tugas untuk kami para penerus agar dapat melestarikan tatanan sosial bermasyrakat yang baik seperti yang ada pada masa lampau.
· SISTEM RELIGI
Sistem keagamaan dahulu tidak jauh berbeda dengan yang ada pada saat ini. Mayoritas suku batak menganut agama kristen, karena menurut sejarah Nomensen pada awalnya memulai penyebaran agama Kristen di Indonesia adalah di tanah batak yang sering disebut HKBP. dahulu banyak sekali acara-acara upacara keagamaan yang sering lakukan, tetapi pada dewasa sekarang ini hal tersebut sudah jarang di lakukan dengan berbagai alasan. berbagai aliran suku yang mengatasnamai agama ada pada saat itu.
Namun tidak hanya kristen, perkembangan agama islam sangatlah berkembang pesat di suku batak pada saat itu. Yaitu pada bagian selatan yang mayoritas beragama islam. Dan tiga agama lainnya yang tersebar di beberapa wilayah.
· SISTEM BAHASA
Pada saat itu untuk berkomunikasi masyarakat batak masih dominan memakai bahasa batak walaupun tidak jarang yang berbahasa Indonesia. Bahasa Batak merupakan satu bahasa pemograman asli Indonesia di tengah ribuan bahasa pemrograman yang ada di indonesia pada masyarakat Sumatera Utara. Akan tetapi pengembangannya menemui banyak kendala.
Menurut ayah saya, Bahasa Batak pun dibuat dengan segala keterbatasan yang ada, baik dari segi tenaga, pikiran dan dana. Contoh: yang bisa di dengar oleh banyak orang yaitu kata “Tulang” yang berarti paman dan “opung” yang berarti kakek. Yang di sebut bahasa batak merupakan bahasa pemograman dari bahasa Indonesia adalah kata-kata dalam bahasa batak sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan bahasa Indonesia asli. Sebagai contoh: mangan yang artinya makan, sapuluh yang artinya sepuluh. Hanya sedikit perubahan yang dituangkan dalam bahasa Batak.
Namun pola bahasa batak untuk sekarang ini sudah mulai memudar khususnya pada generasi muda pada saat ini. Hal inilah yang menjadi tugas kita bersama dalam melestarikan budaya dan warisan nenek moyang kita dahulu.
· SISTEM SENI
Informasi yang saya dapatkan tentang seni yaitu kesenian musik Gonrang. Gonrang (istilah bahasa Simalungun untuk “gendang”) salah satu alat musik dari daerah Simalungun, yang telah lama ada dan berkembang di daerah Simalungun. Musik gonrang tidaklah hanya apresiasi seni, tetapi juga mau memperlihatkan makna dan fungsi yang sangat mendalam bagi kehidupan masyarakat. Makna dan fungsi gonrang terwujud sebagai suasana pengungkapan hati, sebagai sarana hiburan, sebagai sarana komunikasi. Musik gonrang mencerminkan nilai-nilai, pengaturan kondisi sosial dan perilaku kultur lainnya serta sebagai peneguh ritus-ritus keagamaan dan ikatan sosial. Fungsi Musik gonrang tersebut diantaranya:
Yang pertama, Sebagai pengungkapan suasana hati. Maksudnya adalah nuansa lagu yang dibawakan disesuaikan dengan suasana pesta. Sebagai contoh, untuk pesta perkawinan, pesta panen dan pesta meriah lainnya tentu sangat berbeda nuansa musiknya dengan suasana kematian atau kesedihan. Sikap sembah diwujudkan dengan mengatupkan telapak tangan dengan ujung jari menghadap ke atas dan disentuhkan pada dahi, dengan sikap seperti ini pihak boru menghampiri pihak tondong. Sambil menarikan tortor sombah dihadapan pihak tondong, pihak boru memohonkan kasih sayang yang manja dari pihak tondong. Maka kerendahan hati merupakan makna dari inti tarian yang dibawakan oleh boru yang diungkapkan dalam konteks tarian dan musik yang dibawakan.
Yang kedua, Sebagai sarana hiburan. Para warga, khususnya kaum pria, suka berkumpul pada malam hari sambil bernyanyi dan memainkan alat musik seperti gitar, seruling, harmonika dan alat musik lainnya sebagai sarana hiburan.
Dan yang ketiga, sebagai sarana komunikasi. Lewat nuansa musik yang dibawakan, mereka mau mengkomunikasikan seluruh perasaannya secara simbolis, baik yang menggembirakan maupun yang sedih. Nuansa kesedihan, kekecewaan dan kesepian biasanya diungkapkan dengan lirik dan bunyi lagu-lagu percintaan maupun lagu-lagu perpisahan. Kita akan lebih merasakan perasaan hati seperti ini pada sejumlah gual yang bertempo lambat.
· SISTEM EKONOMI
Kehidupan masyarakat mayoritas pada zaman dahulu memang lebih memprihatinkan di bandingkan pada saat ini. Walau demikian kesejahteraan masyarakat lebih merata di bandingkan pada saat ini. Tidak ada kesenjangan sosial antara miskin dan kaya. Menurut ayah saya, pada saat itu masih ada sistem barter. Barter yang dimaksud disini yaitu pertukaran dengan beras. Selain uang, beras merupakan salah satu alat satuan pembayaran yang sah di masyarakat pada saat itu. Contoh sistem ekonomi lainnya adalah satuan hitung uang. Pada saat itu satuan hitung uang masih menggunakan perak (10 perak, 25 perak, dst) tidak seperti sekarang yang menggunakan ratusan dan ribuan.
Karena sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani. Maka, kelangsungan hidup para masyarakat sekitar tergantung pada hasil padi yang mereka panen, apabila padi mereka terkena hama, dan akhirnya gagal panen. Maka, mereka langsung bernelayan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu kelangsungan hidup mereka benar-benar terjamin.
· SISTEM ILMU PENGETAHUAN
Sistem ilmu pengetahuan yang saya dapat dari informasi ayah saya pada saat dahulu dan sekarang itu sama saja namun hanya jika saat sekarang ini seluruh penyajian ilmu pengetahuan sudah dibalut dengan teknologi.
Namun pada tahun 50an, alat tulis yang digunakan masih menggunakan batu tulis dengan air untuk menghapus. Walaupun demikian kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan lebih baik pada masa dahulu. Karena para siswa memiliki semangat yang tinggi. Berbeda dengan anak zaman sekarang yang selalu disuguhi dengan kemajuan teknologi yang sebenarnya sangat membahayakan apabila tidak bisa membatasi diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar